Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/10/2013, 14:45 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com — Masyarakat belum lama ini digegerkan oleh kasus rekaman video asusila yang dilakukan oleh sekelompok pelajar SMPN 4 Jakarta. Dalam video tersebut tampak dua orang pelajar sama sekali tidak merasa risih atau malu melakukan adegan seksual yang direkam oleh salah seorang temannya.

Menanggapi fenomena ini, psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo berpendapat, saat ini telah terjadi pergeseran nilai moral di kalangan remaja.

"Gawat sekali kalau sudah sampai terjadi pergeseran nilai karena para remaja cenderung menganut apa yang sedang menjadi tren di pergaulannya," katanya saat dihubungi, Selasa (29/10/2013).

Para remaja, kata Vera, juga cenderung mengikuti apa yang diyakini teman-temannya. Bila teman-temannya meyakini memamerkan tubuh dan melakukan hubungan layaknya suami istri merupakan sesuatu yang biasa saja, maka hal yang sama juga diyakini dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini seolah menjadi lampu merah para orangtua untuk lebih memperhatikan perkembangan anaknya yang beranjak remaja.

“Sudah tidak zamannya lagi mengatakan pendidikan seks adalah sesuatu yang tabu, baik bagi orangtua maupun sekolah. Kita bisa melihat bagaimana anak seolah tersesat dan ingin mencari tahu, namun tidak tahu ke mana harus mencari sumber info,” kata Vera.

Kasus video asusila, kata Vera, sebetulnya bisa dicegah melalui komunikasi yang intensif sejak dini, terutama tentang seks. Dengan komunikasi yang nyaman, anak bisa berbicara kepada orangtua, termasuk untuk masalah pribadi menjelang pubertas. Komunikasi pula yang menjembatani rasa jengah antara orangtua dan anak saat menjelaskan seputar seks.

Vera menjelaskan, seks menjadi sesuatu yang memancing rasa ingin tahu anak baik sebelum maupun saat pubertas. Kondisi ini bahkan sudah dialami sebelum anak mengalami pubertas. Rasa ingin tahu inilah yang kemudian membuat anak mencari tahu melalui berbagai sumber informasi, seperti internet dan teman sebaya.

“Puncak rasa ingin tahu tentang seks tentunya saat pubertas, ketika anak merasa ada yang berubah dan tidak nyaman dengan tubuhnya. Sayangnya, jalur anak untuk mencari tahu dari jalur yang benar, misalnya orangtua dan sekolah, seolah tertutup. Akibatnya, anak mencari tahu dari jalur lain yang tidak dijamin kebenarannya,” kata Vera.

Jalur inilah yang rawan memasukkan nilai-nilai tidak benar sehingga berpotensi merusak tatanan nilai moral anak.

Pendidikan seks sejak dini menjadi kunci utama kasus serupa tak terulang kembali. Tentunya pendidikan seks tidak bisa langsung diberikan tanpa didahului komunikasi yang hangat dan intensif. Saat menjelaskan tentang seks, Vera menyarankan orangtua juga menyisipkan nilai moral dan tanggung jawab yang harus dipikul.

“Anak harus tahu konsekuensi apa yang timbul bersamaan dengan datangnya masa pubertas dan mulai matangnya organ reproduksi. Komunikasi yang intensif memungkinkan anak memegang teguh nilai moral tanpa terpengaruh kondisi sekeliling,” kata Vera.

Ikuti kasus selengkapnya di Topik Pilihan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau