Dalam studi tersebut, para peneliti melakukan percobaan pada bayi berusia 2-6 bulan. Mereka mempertontonkan video yang memperlihatkan orang yang berperan sebagai pengasuhnya. Di saat itulah, para peneliti juga memantau pergerakan mata bayi.
Mereka menemukan, bayi yang mengembangkan autisme di kemudian hari cenderung untuk menghindari tatapan mata dengan pengasuhnya. Oleh karenanya, mereka menyimpulkan, lamanya tatapan mata bisa menjadi indikator autisme.
Para peneliti mengatakan, di usia dua tahun, lama anak autis menatap mata pengasuhnya rata-rata setengah dari lama anak yang normal.
Semakin dini autisme dideteksi, menurut mereka, semakin efektif penanganannya. Selanjutnya, dibutuhkan studi lanjutan untuk menentukan kemampuan melihat bayi dengan autisme saat mereka baru lahir.
"Studi lanjutan itu bisa menentukan kemampuan tatapan mata dari bayi yang baru lahir sehingga dapat membantu mengurangi kecacatan yang terkait autisme," ujar salah satu peneliti studi Warren Jones dari Emory University.
Sebelumnya, studi menunjukkan, deteksi dini autisme bisa dilakukan dengan mendengar suara tangisan bayi. Bayi yang memiliki tangisan dengan nada tinggi dan suara bervariasi diduga lebih berisiko tinggi menyandang autisme.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.