Meski begitu, risiko autisma menjadi lebih tinggi pada anak yang ibunya, sebelum hamil, mengonsumsi obat tertentu yang dikenal selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Obat ini biasanya dikonsumsi untuk mengatasi depresi atau kecemasan.
Temuan ini menunjukkan adanya kemungkinan keterkaitan antara calon ibu yang memiliki masalah kesehatan mental, dengan gangguan perkembangan yang menghambat kemampuan sosial dan komunikasi pada anak.
Penelitian ini diterbitkan secara online di New England Journal of Medicine, 18 Desember 2013.
"Penafsiran kami, wanita yang diindikasikan mengonsumsi SSRIs karena kecemasan atau depresi, berbeda kondisinya dengan wanita yang tidak mengonsumsi SSRIs. Salah satu perbedaannya, terkait peningkatan risiko memiliki anak dengan autisma," terang Anders Hviid, pemimpin studi yang berlangsung di Statens Serum Institute, di Copenhagen.
Apakah perbedaan ini muncul karena faktor genetik, sosial, atau lainnya, Hviid mengatakan hal tersebut masih menjadi spekulasi sampai saat ini.
Menurut Mark Zylka dari University of North Carolina, temuan ini, dikombinasikan dengan analisis terpisah dari sumber yang sama terbit bulan lalu di jurnal Clinical Epidemiology, merekomendasikan supaya masyarakat perlu melihat dari sisi lain mengenai keterkaitan autisma dan obat SSRIs.
Zylka telah lama meneliti autisma namun tidak terlibat dalam analisis yang disebutkannya tadi. "Sebuah pertanyaan besar di literatur mengenai apakah obat-obatan ini berdampak kepada perkembangan otak dalam berbagai cara, dan menyebabkan autisma," ungkapnya seperti dilansir Reuters.
Isu ini menjadi penting, karena banyak orang yang mengonsumsi antidepresan termasuk ibu hamil.
Sementara, studi dalam skala kecil di Utara California, dan dipublikasikan pada 2011, menunjukkan penggunaan SSRIs selama kehamilan terkait dengan risiko autisma dua kali lipat.
Sedangkan, studi terbaru dari Denmark ini mengungkap dari 3.892 anak dengan gangguan spektrum autisma, 52 di antaranya memiliki ibu yang mengonsumsi SSRI. Studi ini melibatkan 626,875 bayi lahir di Denmark pada 1996 hingga 2005. Para peneliti mencatat, ibu yang mengonsumsi SSRI seperti Prozac, Zoloft atau Paxil sebelum hamil. Catatan ini diambil dari registrasi nasional untuk peresepan obat.
Para peneliti kemudian memperhitungkan risiko autisma. Ditemukan, risiko autisma 20 persen lebih tinggi pada anak yang ibunya mengonsumsi SSRIs selama hamil. Anak dari ibu yang sesekali mengonsumsi SSRIs dan berhenti meminumnya setidaknya beberapa bulan sebelum hamil, kemungkinan 46 persen mengidap autisma dibandingkan anak lainnya.
Konsumsi SSRIs selama kehamilan tidak menyebabkan autisma, namun faktor lain seperti penggunaan obat-obatan sebelum kehamilan meningkatkan risiko autisma.
"Pada titik ini saya tidak berpikir bahwa hubungan ini potensial (SSRI dan autisma), harus ada fitur menonjol ketika mengevaluasi risiko dan manfaat dari penggunaan SSRI selama kehamilan," kata Hviid.
Zylka mengatakan,"Örang yang mengonsumsi obat-obatan ini sebelum hamil seringkali memiliki kondisi kejiwaan tertentu, dan studi ini menemukan bahwa gangguan kejiwaan meningkatkan risiko autisma."
Pada penelitian yang dipublikasikan tahun lalu menunjukkan, anak yang memiliki orangtua atau saudara pengidap schizophrenia memiliki risiko tiga kali lebih tinggi mengidap autisma. Hal serupa juga didapati dari sebuah studi baru, bahwa wanita yang didiagnosa mengidap schizophrenia sebelum melahirkan, memiliki kecenderungan 3,5 kali lebih tinggi mempunyai anak pengidap autisma.
"Angka-angka ini konsisten. Ini menunjukkan, peneliti punya 'amunisi' untuk menyasar apa ke depannya," kata Zylka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.