JAKARTA, KOMPAS.com - Pengobatan kanker paru-paru telah mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat dari peningkatan angka harapan hidup penderita kanker paru-paru.
Data dari verywellhealth.com menunjukkan bahwa hingga tahun 2020, angka harapan hidup lima tahun untuk semua kasus kanker paru-paru yang didiagnosis pada berbagai tahap mencapai 26,7 persen.
Sementara itu, mengutip artikel berita Kompas.com, Jumat (23/3/2024), setengah dari seluruh penderita kanker di Inggris dan Wales dapat bertahan hidup selama 10 tahun atau lebih.
Sebagian peningkatan angka harapan hidup tersebut disebabkan oleh deteksi dini kanker paru-paru.
Selain itu, kemajuan dalam diagnosis kanker, penentuan stadium, operasi minimal invasif, teknik radioterapi canggih, serta penemuan obat-obatan baru turut berkontribusi pada hasil pengobatan yang optimal dengan efek samping yang lebih minim.
Namun, pengobatan kanker paru-paru tidak bisa dilakukan dengan pendekatan yang sama untuk semua pasien.
Setiap individu membutuhkan perawatan yang sesuai dan dirancang khusus dengan jenis kanker yang diidap. Pendekatan juga perlu menyesuaikan dengan karakteristik molekulernya, stadium kanker yang terdeteksi secara akurat, serta kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
Pada Selasa (3/12/2024), tim Kompas.com berkesempatan untuk mewawancarai Dr Wong Siew Wei dari Parkway Cancer Center Singapore. Dalam wawancara ini, Dr Wong menjelaskan berbagai metode pengobatan kanker paru-paru dan pendekatan terkini yang dapat memaksimalkan peluang pemulihan pasien.
Berikut adalah hasil wawancara lengkapnya.
Apa saja faktor risiko utama kanker paru-paru?
Merokok adalah faktor risiko utama kanker paru-paru, baik bagi perokok aktif maupun pasif. Selain itu, berbagai karsinogen lingkungan juga berkontribusi meningkatkan risiko kanker paru-paru.
Faktor-faktor tersebut meliputi polusi udara, pembakaran bahan bakar fosil, paparan mineral seperti asbes dan silika, hingga radiasi alami seperti radon.
Baca juga: Eksklusif Kompas.com: Ahli Onkologi Ungkap Bahaya Vape dan Kaitannya dengan Kanker Paru
Selain itu, faktor genetik juga berperan signifikan, terutama dalam masyarakat Asia. Dalam beberapa kasus, kanker paru-paru ditemukan terjadi secara berkelompok pada satu keluarga, meskipun anggotanya tidak memiliki kebiasaan merokok yang signifikan.
Terakhir, individu dengan riwayat penyakit paru-paru kronis, seperti emfisema dan tuberkulosis, juga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker paru-paru.
Apakah kanker paru-paru dapat dideteksi melalui tes darah?
Kanker paru-paru umumnya dapat dilihat melalui hasil rontgen dada atau CT scan. Untuk memastikan diagnosis, dokter biasanya juga akan melakukan upaya biopsi dengan jarum kecil.
Pada kasus kanker paru-paru jenis non-small cell, dokter kerap melakukan tes molekuler lanjutan untuk menganalisis karakteristik genetik tumor.
Selain itu, teknologi tes darah yang lebih canggih kini juga dilakukan karena dapat mendeteksi mutasi genetik yang menjadi pemicu pertumbuhan kanker paru-paru stadium lanjut.
Informasi dari hasil analisis tersebut dapat membantu dokter dalam menentukan jenis pengobatan yang paling sesuai untuk setiap pasien.
Namun, tes darah untuk mendeteksi penanda kanker saat ini belum efektif sebagai metode utama skrining kanker paru-paru.
Di sisi lain, tes darah berbasis teknologi terbaru, seperti multicancer early detection (MCED), cenderung memiliki potensi besar.
Tes itu terbilang potensial karena mampu mendeteksi fragmen DNA dan RNA abnormal yang terkait dengan berbagai jenis kanker, termasuk kanker paru-paru, sehingga dapat menjadi alternatif skrining di masa depan.
Meski demikian, mengingat sensitivitasnya yang bervariasi, tes MCED sebaiknya digunakan bersamaan dengan metode skrining tradisional, seperti CT scan dosis rendah untuk paru-paru, mamografi, pap smear, dan kolonoskopi.
Apa perbedaan antara kanker paru-paru stadium awal dan stadium lanjut?
Pada stadium awal, kanker paru-paru biasanya tidak menimbulkan gejala yang signifikan. Inilah mengapa skrining kanker paru-paru sangat disarankan, terutama bagi individu yang memiliki faktor risiko.
Sebaliknya, pada stadium lanjut, kanker paru-paru umumnya ditandai oleh gejala, seperti batuk berdarah, nyeri di dinding dada, penurunan berat badan, sesak napas yang semakin parah, serta pembengkakan di area leher.
Skrining kanker paru-paru menggunakan CT scan dosis rendah telah terbukti efektif dalam mendeteksi kanker paru-paru pada tahap awal dan mengurangi angka kematian akibat penyakit ini. Skrining ini direkomendasikan bagi individu berusia 50-80 tahun dengan riwayat merokok berat atau memiliki anggota keluarga yang pernah menderita kanker paru-paru.
Seperti jenis kanker lainnya, tingkat kesembuhan kanker paru-paru sangat bergantung pada stadium saat kanker terdeteksi.
Misalnya, angka harapan hidup lima tahun untuk kanker paru-paru stadium 1 dapat mencapai 90 persen. Namun, angka ini dapat menurun drastis menjadi 10-20 persen pada stadium 4.
Meskipun kini tersedia berbagai obat baru yang efektif, dampak pengobatan paling signifikan terlihat pada penanganan kanker paru-paru stadium awal.
Tujuan pengobatan pun berbeda pada setiap stadium. Pada stadium awal, pengobatan bertujuan untuk menyembuhkan penyakit sepenuhnya. Sementara itu, pada stadium lanjut, pengobatan lebih difokuskan untuk mengontrol kanker dalam jangka panjang dan mengurangi gejala yang ditimbulkan.
Apakah pasien kanker paru-paru selalu memerlukan operasi untuk sembuh?
Pasien dengan kanker paru-paru stadium 1 hingga 3A dapat diobati melalui operasi yang dikombinasikan dengan pengobatan lain, seperti kemoterapi, terapi target, dan radioterapi.
Namun, tidak semua pasien cocok untuk menjalani operasi. Sebab, sebagian dari mereka membutuhkan cadangan fungsi paru-paru yang memadai setelah operasi dilakukan.
Nodul paru kecil dapat ditangani secara efektif dengan metode lain, seperti stereotactic body radiotherapy (SBRT).
Baca juga: Tak Pernah Merokok, Mantan Dokter di Inggris Idap Kanker Paru-paru dengan Gejala Sakit Punggung
Pada kanker paru-paru stadium 3 yang lebih lanjut dengan penyebaran hingga kelenjar getah bening, pengobatan tanpa operasi sering kali menjadi pilihan terbaik.
Pendekatan itu biasanya melibatkan berbagai tindakan kombinasi, mulai dari kemoterapi, radioterapi, imunoterapi, hingga terapi target. Tingkat harapan hidup pasien dengan pendekatan kombinasi ini terbukti dapat meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan, pada kanker paru-paru stadium awal, sebagian besar pasien membutuhkan kombinasi beberapa jenis pengobatan untuk mencapai hasil yang optimal.
Apa saja efek samping dari kemoterapi dan radioterapi untuk kanker paru-paru?
Pasien kanker paru-paru mungkin disarankan untuk menjalani berbagai jenis pengobatan dan masing-masing pengobatan memiliki efek samping berbeda.
Untuk kemoterapi, pengobatan ini terdiri dari berbagai jenis obat dan setiap jenisnya memiliki profil efek samping yang berbeda.
Tidak semua kemoterapi menyebabkan mual parah atau rambut rontok. Sebagian besar efek samping kemoterapi, seperti kelelahan, perubahan rasa, kulit kering, dan penurunan jumlah sel darah, bersifat sementara dan akan membaik setelah pengobatan selesai.
Radioterapi juga telah mengalami banyak kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Pasien yang menjalani teknik terbaru, seperti intensity modulated radiotherapy (IMRT) dan proton beam therapy mengalami risiko efek samping yang lebih rendah.
Efek samping radioterapi juga bergantung pada lokasi kanker. Efek sampingnya terbagi menjadi beberapa tahapan.
Salah satunya, efek samping awal, seperti kelelahan dan mual. Lalu, ada efek samping jangka panjang, seperti jaringan parut pada organ tertentu.
Kemajuan teknologi radioterapi memungkinkan pengobatan yang lebih efektif dengan dampak yang lebih minimal bagi pasien.
Berapa tingkat keberhasilan pengobatan kanker paru-paru?
Tingkat keberhasilan pengobatan kanker paru-paru sangat bergantung pada berbagai faktor, seperti stadium kanker saat didiagnosis dan kondisi fisik pasien untuk menjalani pengobatan.
Akses ke pengobatan dini dari tim multidisiplin yang terdiri dari ahli onkologi medis, ahli bedah toraks, dan ahli onkologi radiasi, sangat penting untuk mencapai hasil terbaik.
Baca juga: Waspada, Ini Gejala Kanker Paru-paru yang Perlu Diwaspadai
Sebagai contoh, kanker paru-paru non-small cell stadium 1 memiliki tingkat harapan hidup lima tahun hingga 90 persen. Namun, tingkat kesembuhan ini menurun menjadi 30-50 persen pada kanker paru-paru stadium 3.
Apakah kanker paru-paru dapat sembuh total tanpa kambuh? Jika bisa kambuh, bagaimana cara mencegahnya?
Kanker paru-paru dikenal sebagai salah satu jenis kanker yang mematikan. Namun, dengan deteksi dini dan akses ke pengobatan terbaik, peluang untuk sembuh dapat dimaksimalkan.
Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi berbagai metode pengobatan untuk mencapai hasil yang optimal. Salah satu pendekatan yang semakin sering dianjurkan adalah pemberian terapi obat sebelum operasi atau dikenal dengan istilah neoadjuvant therapy.
Pendekatan neoadjuvant memungkinkan kanker paru-paru menyusut dan lebih cepat terkontrol.
Dengan demikian, operasi menjadi lebih mudah dilakukan dan risiko penyebaran kanker setelah operasi dapat diminimalkan. Langkah ini menjadi bagian penting dalam strategi pengobatan untuk meningkatkan tingkat kesembuhan pasien.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai layanan kesehatan terkait kanker, Anda dapat menghubungi Parkway Cancer Centre di nomor 0811-1934-673 atau mengunjungi www.parkwaycancercentre.com.