Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat AS Tuntut Pelabelan Produk Transgenik

Kompas.com - 19/01/2014, 18:22 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com –
Masyarakat Amerika yang diwakili anggota legislatif dan beberapa perusahaan mendatangi Gedung Putih untuk menuntut pelabelan produk rekayasa genetika. Perusahaan ini antara lain 200 pengusaha makanan, kelompok pertanian organik, dan organisasi kesehatan. Mereka menuntut pelaksanaan janji yang pernah diucapkan presiden Barrack Obama, saat kampanyenya pada 2007 silam.
 
“Pada 2007 Presiden pernah menjanjikan hak warga Amerika untuk mengetahui apakah yang dikonsumsinya merupakan produk transgenik. Inilah waktunya presiden memenuhi janji tersebut,” ujar kelompok tersebut, yang diwakili anggota legislatif Peter DeFazio dan Rosa DeLauro.
 
Pelabelan tersebut, jelas para perwakilan, tidak lantas memberikan keterangan berbahaya pada produk misalnya dengan memberi gambar tengkorak. Namun cenderung pada pemberian kontrol penuh pada masyarakat, pada apa yang akan dikonsumsinya. Masyarakat, kata DeFazio, merupakan pihak yang paling dibingungkan terkait produk pangan transgenik. Hal ini dikarenakan mereka tidak bisa membedakan produk transgenik dan bukan di pasaran.
 
Kelompok ini juga menyampaikan hasil survey yang dilakukan secara virtual, tentang seberapa besar masyarakat menginginkan pelabelan produk transgenik. “Poling nasional menunjukkan, 93 persen masyarakat Amerika mendukung pelabelan produk genetic Modified Organism (GMO),” kata CEO and Direktur Eksekutif Organic Trade Association, Laura Batcha.
 
Keingintahuan produksi pangan, kata Batcha, terus meningkat di kalangan konsumen. Keingintahuan ini akan terus didukung sektor pangan organik, yang tidak menggunakan proses dan input layaknya produk GMO. Batcha mengatakan, kebenaran tentang asal produk seharusnya memang tidak bisa dibantah dan tidak membingungkan masyarakat.
 
Produk rekayasa genetik memang masih menimbulkan perdebatan, terutama dari sisi keamanan dan kesehatan para konsumennya. Mayoritas peneliti GMO menganggap, produk rekayasa genetika tidak lebih berbahaya dibanding tanaman penghasil pangan yang asli. Walau tidak disebutkan, pengusaha GMO juga menghendaki ketegasan pemerintah terkait pelabelan produk rekayasa genetik. Hal ini dikarenakan keragu-raguan pemerintah telah mempengaruhi pasar mereka di masyarakat. 
 
Meski begitu kelompok penagih janji ini juga memaklumi kebimbangan pemerintah. Hal ini dikarenakan, bila memilih percaya pada ilmuwan dan menganggap produk rekayasa genetika tidak berbahaya sehingga tak perlu label, maka hak konsumen untuk memilih menjadi hilang sama sekali. Pelabelan juga dikhawatirkan akan mempertahankan stigma produk rekayasa genetika sebagai mayat hidup atau “Frankenstein.”
 
Stigma ini ada karena produk rekayasa genetika yang tidak punya organisme penghasil yang tetap, layaknya produk pangan biasa. Produk rekayasa genetika pastinya mengalami proses genetic enginee: sehingga berbeda dari yang biasa, dan menghasilkan beras kaya vitamin A, atau kapas tahan serangan Bacillus thuringensis (Bt). Rasa khawatir dan takut untuk menggunakan produk GMO, dikhawatirkan berpengaruh negatif pada kemajuan riset produk rekayasa genetika.
 
Padahal rekayasa genetika diyakini sebagai cara terbaik memenuhi kebutuhan pangan di masa depan. Dipadukan dengan teknologi pertanian yang semakin maju, maka tanaman akan memberikan hasil maksimal untuk digunakan manusia. “Peradaban akan bergantung pada kemampuan manusia memodifikasi tanaman untuk makanan dan lainnya, yang hanya bisa dilakukan secara genetik. Segala penemuan terkait DNA telah memungkinkan melakukan terobosan teknologi pada tanaman, sehingga mampu membutanya tahan penyakit layaknya imunisasi pada manusia,” kata perwakilan dari American Association for the Advancement of Science’s (AAAS).
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau