Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/03/2014, 18:09 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com — Hipertensi merupakan kondisi yang menjadi faktor risiko dari berbagai penyakit fatal, antara lain stroke, retinopati, penumpukan plak di pembuluh darah, penebalan dinding ruang jantung, dan gagal ginjal. Bahkan Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Moh Hasan Machfoed mengibaratkan hipertensi sebagai wanita atau pria idaman lain (WIL/PIL).

"Punya hipertensi itu ibarat punya WIL/PIL. Kalau tidak ketahuan tidak apa-apa, tapi kalau sampai ketahuan bisa berbahaya," ujarnya dalam konferensi pers "The 8th Annual Meeting of Indonesian Society of Hypertension" pada Jumat (7/3/2014) di Jakarta.

Hasan menjelaskan, kondisi tersebut berkaitan dengan gejala hipertensi yang sulit untuk dilihat. Dengan kata lain, hipertensi hampir tidak bergejala. Umumnya hipertensi baru menunjukkan gejala ketika kondisinya sudah parah.

"Begitu ketahuan, orang sudah mengalami stroke, gagal ginjal, atau serangan jantung. Padahal, semua itu akibat hipertensi yang tidak disadari yang terjadi dalam waktu yang relatif lama," terangnya.

Karena itu, Hasan menyarankan supaya orang tidak mengabaikan pemeriksaan kesehatan rutin untuk mengetahui kondisi tekanan darahnya. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan rutin setiap tahun.

Bahkan, jika hasil pemeriksaan tekanan darah cenderung tinggi maka sebaiknya pemeriksaan berikutnya dilakukan dalam jangka waktu tiga atau empat bulan kemudian. Dan, jika sudah tergolong hipertensi maka pemeriksaan perlu dilakukan setiap bulan.

Tekanan darah yang normal yaitu berkisar 100/60 mmHg hingga 140/90 mmHg. Menurut dokter spesialis ilmu penyakit dalam Suhardjono, jika angkanya lebih dari itu maka sudah dikategorikan sebagai hipertensi.

Namun, untuk memastikan tekanan darah tinggi dalam satu kali pemeriksaan adalah hipertensi atau tidak, diperlukan pengontrolan rutin. Pemeriksaan juga perlu dilakukan dalam kondisi tubuh yang rileks karena tekanan darah cenderung meningkat saat beraktivitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com