Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/04/2014, 13:56 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

 

 

KOMPAS.com - Untuk meminimalisasi masuknya debu ke saluran pernapasan, menggunakan masker adalah pilihan bijak. Sebagian orang percaya masker perlu dibasahi agar lebih efektif untuk menangkal debu dan polusi. Benarkah demikian?

Menurut dokter spesialis paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Agus Dwi Susanto, membasahi masker belum dipastikan mampu meningkatkan efektivitasnya dalam menangkal debu ataupun polusi. Pasalnya, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikannya.

"Sering ada yang menanyakan efektivitas masker basah. Maka sampai sekarang saya masih mencari penelitiannya, tetapi memang belum ada," kata Agus dalam konferensi pers Combi Hope bertema "Edukasi Gaya Hidup Sehat Bagi Generasi Muda" di Jakarta, Senin (7/4/2014).

Sebaliknya, Agus justru menyinggung soal risiko yang dihadapi dengan memakai masker ataupun penutup hidung dan mulut lain, misalnya sapu tangan dalam keadaan basah. Menurut dia, masker dalam kondisi basah lebih mungkin untuk menjadi sarana tumbuh bakteri dan mikro-organisme lain.

"Jika dibasahi, kemungkinan masker menjadi lembab lebih besar. Padahal kondisi lembab, tidak basah atau tidak kering itu sangat disukai bakteri untuk tumbuh," terang dokter yang berpraktik di RS Persahabatan ini.

Saat dipakai mikro-organisme dari masker pun lebih mudah masuk ke saluran napas. Karena itu, risiko infeksi saluran paru dari pemakaian masker basah pun kemungkinan akan meningkat.

Mikro-organisme diketahui bisa menyebabkan infeksi saluran napas. Jika saluran napas atas yang terinfeksi maka akan terjadi penyakit infeksi saluran napas atas (ISPA), dan jika infeksi terjadi pada saluran napas bawah, maka kemungkinan akan terjadi bronkitis, bahkan tuberkulosis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau