Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turun ke Desa, Mengajarkan Cara Menyikat Gigi yang Benar

Kompas.com - 25/06/2014, 15:01 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


KOMPAS.com - Menyikat gigi memang sebuah kegiatan yang sangat dasar dari kesehatan gigi dan mulut. Meski begitu, kegiatan sederhana dan telah diajarkan sejak kecil ini belum juga menjadi kebiasaan banyak orang.

"Ayo, ulangi lagi bagaimana cara menyikat gigi. Dari dalam tarik ke luar, dari arah gusi ke bawah, dan di samping memutar. Coba lagi ya," ajak Febby dan Shella, mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia, kepada puluhan anak-anak SD di Kecamatan Suela, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Senin (23/6/14).

Setelah diberi teori di kelas, kemudian puluhan anak tersebut diajak membentuk empat lingkaran di lapangan dan mulai mencoba mempraktikkan cara menyikat gigi yang benar. Masing-masing anak diberi satu pasta gigi dan sikat gigi lalu menyikat gigi bersama-sama.

Febby dan Shella tergabung dalam kegiatan kerja sosial yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG-UI) di Nusa Tenggara Barat. Kegiatan tersebut dilakukan serentak di beberapa kecamatan di Nusa Tenggara Barat, yakni Kecamatan Suela, Kecamatan Keruak, Kecamatan Taliwang, dan Kecamatan Lopok.

Selain pemberian materi mengenai kebersihan gigi, anak-anak juga mendapat edukasi tentang cara mencuci tangan, kebersihan diri, termasuk makanan bergizi.

"Menyikat gigi sebenarnya simple, tetapi kalau disepelekan bisa berdampak besar pada kesehatan gigi," kata drg.Anton Rahardjo, yang menjadi supervisor dalam kegiatan tersebut.

Anton menjelaskan, kegiatan sikat gigi bersama ini juga untuk mencari tahu anak mana yang gusinya berdarah. "Dari hasil kumurnya akan dilihat mana yang berdarah. Biasanya itu disebabkan karena radang gusi akibat jarang menyikat gigi," katanya.

Jika ada anak yang gusinya berdarah, mereka akan diberi edukasi agar termotivasi untuk menyikat gigi secara benar.

Kegiatan edukasi merupakan salah satu bagian dari kerja sosial FKG-UI. Selain edukasi kepada anak-anak sekolah dan para ibu-ibu PKK, dilakukan juga pengobatan gigi kepada masyarakat.

Menurut drg.Nada Ismah, Sp.Ort, masalah gigi yang paling banyak ditemui di Kecamatan Suela ini adalah karies gigi (lubang gigi) dan karang gigi.

"Keluhan karang gigi ternyata cukup banyak. Umumnya mereka menganggap karena kadar airnya berkapur. Padahal, karang gigi bukan karena kapur tapi dari kebersihan gigi yang kurang," kata Nada.

Ia menambahkan, masalah gigi yang ditemui di Kecamatan Suela ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan masyarakat di seluruh pelosok tanah air. "Dari beberapa kali kegiatan seperti ini, keluhannya hampir sama dan penyebabnya juga sama, kurangnya kebersihan gigi," ujarnya.

Dok Formula Pengobatan gigi untuk masyarakat.

Kegiatan pengobatan yang diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat dalam kegiatan tersebut meliputi penambalan gigi, pencabutan, dan perawatan lain. "Tetapi tidak termasuk pembersihan karang gigi. Kalau ada yang karang gigi kami akan memberi pemahaman tentang pentingnya menyikat gigi dua kali sehari, terutama pada malam hari," katanya.

Pemahaman keliru tentang penyebab karang gigi, menurut Nada, juga membuat masyarakat takut minum air. "Padahal, kurang minum membuat saliva kental dan mudah mengendap. Akhirnya justru lebih mudah terjadi karang gigi," katanya.

Bantuan

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau