KOMPAS.com - Belakangan ini sejumlah orang menghindari gluten. Dengan menghindari gluten, mereka percaya bisa menurunkan berat badan, mengatasi ketidaksuburan, mengobati diabetes. Benarkah demikian?
Produk dengan label bebas gluten kini banyak dijumpai di Amerika Serikat, bahkan di Jakarta. Nasib Gluten yang ditemukan dalam tepung ini mirip dengan lemak di dekade 80 dan 90-an. Gluten adalah “anak nakal” yang bila dihindari bisa menyehatkan tubuh. Informasi ini beredar dengan cepat dari satu orang yang tak begitu mengerti ilmu gizi ke orang-orang lain.
Sejatinya gluten memang kurang baik untuk orang-orang tertentu. Penderita celiac disease adalah salah satunya. Penyakit ini menyebabkan reaksi kekebalan tubuh terhadap gluten merusak usus halus. Penyakit ini diderita oleh sekitar dua hingga tiga juta orang di AS.
Sementara gluten ataxia termasuk penyakit lebih serius yang menyerang otak menyebabkan masalah kontrol otot. Selain penderita kedua penyakit itu, ada sekitar 18 juta orang di AS yang agak sensitif terhadap gluten. Sensitivitas itu menyebabkan ketidaknyaman pencernaan namun tidak menyebabkan penyakit. Dari angka itu, bisa dilihat hanya satu persen orang yang memerlukan makanan bebas gluten. Hanya sekitar 5,7 persen yang perlu berhati-hati. Sisanya boleh menikmati makanan bergluten.
Tetapi yang terjadi di AS, makanan bebas gluten ternyata diminati dan menghasilkan bisnis menggiurkan. Penjualan makanan bebas gluten naik dari 11,5 milyar menjadi 23 milyar dolar hanya dalam empat tahun.
Produsen makanan bebas gluten boleh meraup keuntungan. Namun bagaimana dengan nasib orang yang mengonsumsinya? Orang yang tak alergi gluten jelas bakal rugi. Banyak produk bebas gluten mengandung lebih sedikit serat dan protein sementara lebih banyak garam dan gula. Padahal produk bebas gluten ini seharusnya lebih sehat.
“Produk bebas gluten menggerogoti kesehatan masyarakat karena saat ini ada banyak varian produk bebas gluten pada semua junk foot. Meskipun donat diberi label bebas gluten, tetap saja itu donat,” kata perwakilan Center for Science in the Public Interest kepada Wall Street Journal.
Mereka yang pro antigluten mengatakan tubuh jadi lebih sehat, fit, energik. Efek placebo karena mengonsumsi sesuatu yang dikira menyehatkan memang nyata. Sebagian besar efek itu terjadi tak ada hubungannya dengan sesuatu yang dikira menyehatkan itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.