Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pola Asuh Penuh Cinta Bentuk Karakter Positif Anak

Kompas.com - 02/07/2014, 16:09 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


KOMPAS.com - Berita tentang korupsi, kekerasan, atau perundungan (bullying) para murid sekolah, di media selama beberapa tahun terakhir telah menjadi makanan kita sehari-hari. Sebuah tanda bahwa kita perlu menanamkan kembali pendidikan karakter pada anak.

Pendidikan mengenai budi pekerti, mana yang baik dan buruk, sebenarnya sudah diajarkan di sekolah sejak tingkat dasar hingga pendidikan tinggi. Tetapi, mengapa budi pekerti tersebut tidak juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari.

"Kita bisa dengan mudah melihatnya di sekitar kita, saat puasa pun masih ada yang tawuran, belum lagi soal fitnah dan kampanye hitam. Kita tahu mana yang benar, tapi tidak dilakukan," kata Dr.Ratna Megawangi, pendiri Indonesian Heritage Foundation, di acara konferensi pers Misi Pahlawan Cilik Pepsodent di Jakarta (1/7/14).

Ratna mengatakan, pembentukan karakter memang tidak bisa instan, diperlukan disiplin diri untuk bisa mengontrol dorongan diri. "Harus dilakukan dari awal secara benar dan semuanya dimulai dari rumah," katanya.

Ia mengatakan, orang yang berkarakter kuat memebutuhkan nurani yang kuat. "Nurani itu ada dalam diri. Ada rasa malu kalau berbuat salah, ada rasa berdosa kalau menyakiti orang lain," ujarnya.

Nurani tidak bisa berkembang jika dalam diri seseorang berkembang pribadi neurosis. Menurut Ratna, nurani seseorang tidak bisa berkembang jika sejak kecil sudah salah didik.

"Anak-anak yang dibesarkan dengan penuh ancaman, kemarahan, dan minder, akan berkembang menjadi pribadi neurosis. Ini karena anak stres sehingga tubuhnya dibanjiri hormon kortisol atau hormon stres," katanya.

Selain di sekolah, pendidikan yang keliru di sekolah juga bisa membuat anak merasa khawatir, terancam, dan apatis. "Jangan masukkan anak ke sekolah yang seperti penjara," tegasnya.

Pola Asuh

Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan, anak merupakan cerminan dari orangtua. Jika orangtua memberikan dasar yang kuat, maka anak juga akan tumbuh dengan karakter kuat.

"Orangtua bisa menerapkan pola asuh yang demokratis dalam mendidik anak dan bersifat membimbing anak sesuai dengan kemampuannya tanpa menuntut. Pola ini membangun kedekatan emosional yang kuat," katanya dalam kesempatan yang sama.

Senada dengan Vera, Ratna mengingatkan pentingnya membesarkan anak dalam suasana cinta. "Pola asuh yang penuh cinta akan membuat tubuh anak dibanjiri hormon endorfin sehingga anak pun merasa nyaman, gembira. Ini akan memberi fondasi bagi jiwa yang sehat," ujarnya.

Orangtua juga hendaknya tidak hanya menuntut anak memiliki kemampuan akademis tinggi tapi juga memiliki kecerdasan emosional dan spiritual.

Selain pola asuh, yang tak kalah penting adalah kesehatan fisik. "Anak yang sakit-sakitan akan kehilangan kesempatan untuk belajar. Kesehatan juga punya pengaruh kuat akan kendali psikologis," kata Vera.

Pahlawan Cilik

Untuk mendorong semangat anak-anak memiliki budi pekerti dan karakter positif, Pepsodent mengadakan program kegiatan Misi Pahlawan Cilik. Dalam kegiatan ini orangtua diajak untuk mengirimkan foto atau tulisan yang menggambarkan hal-hal positif yang sudah dilakukan anak.

"Membentuk bangsa berkarakter bisa dimulai dari anak, dari hal-hal kecil yang ia lakukan sehari-hari. Misalnya anak membantu teman, menolong hewan, dan sebagainya. Apalagi anak-anak biasanya senang mencontoh, sehingga pahlawan cilik ini bisa jadi panutan bagi anak lain," kata Drg.Ratu Mirah Afifah, Profesional Relationship Manager Oral Care PT.Unilever Indonesia.

Kegiatan Misi Pahlawan Cilik ini diadakan mulai tanggal 1 Juli hingga pertengahan Agustus. Para peserta bisa mengirimkan foto melalui Facebook atau Twitter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau