Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pola Asuh Overprotektif Banyak Diterapkan Orangtua di Asia

Kompas.com - 20/06/2014, 18:39 WIB

KOMPAS.com - Dengan begitu banyaknya informasi yang mudah didapatkan orangtua mengenai tumbuh kembang anaknya, ternyata hal itu justru membuat mereka menjadi serba khawatir dan malah bersikap overprotektif.

Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Flaminggo Singapore di beberapa negara ASEAN dan juga Tiongkok dan Hongkong, terungkap bahwa kini telah terjadi perubahan pola asuh orangtua.

Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap tumbuh kembang anaknya ikut membentuk pola asuh di negara-negara Asia Tenggara. Para orangtua ini ingin menjadi orangtua yang modern dan ingin memberikan yang terbaik bagi buah hatinya.

Semenjak menjadi orangtua, sebagian besar orangtua juga semakin sering berselancar di internet untuk mencari informasi seputar pengasuhan anak. Mereka juga kerap berkomunikasi dengan orangtua lain dalam forum-forum di dunia maya.

"Semakin luasnya akses informasi untuk dicerna orangtua membuat mereka menjadi serba khawatir dan merasa tidak mampu mencukupi kebutuhan anaknya. Pola asuh pun bersifat overprotektif," kata Project Director Cultural Intelligene Flamingo Singapore, Preeti Varma.

Ketakutan berlebihan terhadap polusi udara dan penularan penyakit misalnya, membuat para orangtua di Bangkok lebih memilih anak-anaknya bermain di dalam ruangan. Anak-anak juga diharuskan memakai masker saat berada di luar rumah.

Sementara itu orangtua di Mianmar sangat cemas dengan keamanan pangan di negaranya. Mereka rela menghabiskan uang tidak sedikit untuk membeli alat pembersih khusus untuk mengurangi paparan pestisida dari makanan.

Rasa tidak percaya terhadap keamanan pangan di negaranya juga membuat orangtua di Tiongkok memilih membeli bahan pangan dari merek internasional dan diimpor dari negara yang "aman".

"Yang menarik, meski keamanan pangan sangat diperhatikan orangtua, tetapi pengetahuan tentang nutrisi belum terlalu jadi perhatian. Mereka tidak terlalu peduli dengan kandungan lemak atau nutrisi dalam produk makanan itu asalkan diimpor dari luar negeri," kata Preeti yang mempresentasikan penelitiannya di acara simposium mengenai gizi dan pola asuh yang diadakan FrieslandCampina di Bali pekan lalu.

Tetap bijaksana

Orangtua memang menjadi pihak yang paling bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi pada anaknya. Meski demikian, segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik, termasuk dalam hal perlindungan.

Donna Agnesia, ibu dari tiga anak, mengaku termasuk dalam orangtua yang senang mencari segala informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Meski begitu, ia mengatakan tak mau bersikap terlalu overprotektif.

"Terlalu protektif justru akan membatasi ruang gerak dan eksplorasi anak. Informasi sebaiknya hanya dipakai untuk mencari pencegahan terbaik, bukan berarti membatasi," kata ibu dari Lionel Nathan Sinatriya (7), Diego Andres Sinathrya (5), dan Quinesha Sabrina Sinatriya (3) ini.

Ia mengatakan, jika menuruti rasa takut akan polusi udara, tentu ia tak akan mengizinkan anak-anaknya bermain di luar. "Kalau mikirin udara dan polusi, anak akan dilarang main di luar. Akhirnya mereka nggak akan punya experience," ujarnya.

Istri dari presenter Darius Sinatriya ini menilai anak yang terlalu dikekang justru akan menjadi ringkih. "Memang ada orangtua yang melarang anaknya karena takut kotor atau cuaca. Mereka juga jadi takut bepergian ke tempat yang banyak orangnya. Tapi menurut saya yang penting adalah pendampingan," katanya.

Ia menambahkan, menjadi orangtua di zaman modern ini harus lebih pintar dari anak. "Kalau kita punya bekal informasi dan pengetahuan, kita bisa mendampingi dan menjelaskan kepada anak. Bukan sekedar memberi batasan," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau