Nasihat Clinton tersebut memang tidak berlebihan. Tidur dan beristirahat bukan masalah sepele. Sudah banyak kecelakaan fatal dan kejahatan terjadi karena kurangnya waktu istirahat. The National Sleep Research Project mencatat, meledaknya pesawat ulang alik Challenger tahun 1986 yang menewaskan ketujuh astronotnya dipicu oleh kesalahan teknis gara-gara sang mekanik kurang tidur.
Salah satu hal yang paling terdampak oleh kurangnya waktu tidur adalah kemampuan kognitif, termasuk kemampuan kita mengambil keputusan. Seperti yang disampaikan oleh Clinton, orang yang kurang tidur sulit berpikir teliti dan kemampuan analisanya rendah.
Tentu kita jadi bertanya-tanya bagaimana para wakil rakyat yang bersidang hingga dini hari untuk menentukan para pimpinan DPR/MPR bisa berpikir dengan jernih. Kita melihat sendiri bagaimana sidang tersebut dipenuhi oleh teriakan dan hujatan.
"Pengaruh kurang tidur terhadap kemampuan mengambil keputusan sangat erat. Saat tidur, semua dibangun dalam tubuh, terutama kemampuan kognitif dan kestabilan emosi. Makanya orang yang kurang tidur kemampuan otaknya turun," kata Dr.Andreas Prasadja, konsultan utama di klinik gangguan tidur RS. Mitra Kemayoran Jakarta, saat dihubungi Kompas.com (2/10/14).
Kemampuan kognitif terutama dibangun saat tahap tidur mimpi (REM) atau disebut juga tidur dalam. "Hanya dengan tidur REM ini kita bisa tetap waras. Ini karena saat mimpi, semua emosi-emosi yang kita pendam saat terjaga bisa dikeluarkan dengan aman, tidak menyakiti orang lain," kata Andreas.
Riset-riset tentang pengaruh tidur terhadap pengambilan keputusan juga sudah banyak dilakukan, namun menurut Andreas orang Indonesia masih banyak yang mengabaikan kesehatan tidur.
Salah satu penelitian yang dilakukan terhadap para dokter bedah menunjukkan, dokter bedah yang kelelahan cenderung mengambil keputusan yang buruk. "Karena itu untuk pembedahan yang sudah terencana tidak boleh dilakukan pada malam hari," ujar dokter yang menjadi anggota American Academy of Sleep Medicine ini.
Sementara itu pada orang yang mengalami gangguan sleep apnea (henti napas saat tidur) juga menunjukkan kemampuan mereka dalam mengambil keputusan buruk. Sleep apnea menyebabkan banyak area otak rusak, terutama di bagian otak frontal yang berpengaruh pada pengambilan keputusan.
"Orang yang sudah lelah dan mengantuk cenderung ngaco dan prose berpikirnya lamban. Mereka juga jadi gampang dipengaruhi. Oleh karena itu pengambilan keputusan publik sebaiknya tidak dilakukan saat waktunya istirahat," kata Andreas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.