Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/11/2014, 11:56 WIB
Dian Maharani

Penulis


KOMPAS.com
- Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Di sela-sela belajar dan kegiatan ekstrakurikuler, mereka bisa satu sampai tiga kali ke toilet di sekolah. Sayangnya masih banyak toilet di Jakarta maupun di daerah  yang tidak bersih dan higienis.

Dokter spesialis anak Rouli Nababan mengatakan, buruknya toilet di sekolah bisa menyebabkan anak terserang berbagai penyakit. Rouli mengaku sering mendapati orang tua yang mengeluhkan penyakit pada anak karena toilet yang tidak bersih dan  higienis. Mulai dari diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), tifus, disentri, hingga infeksi saluran kencing.

Penyakit ini timbul akibat kuman yang bersarang di kamar mandi atau toilet yang kotor. Rouli menjelaskan, kuman bisa berkembang biak setiap 20 menit sekali. Dalam 24 jam saja bisa menjadi 8 juta sel sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap pada kamar mandi. Akhirnya, anak-anak mudah terjangkit penyakit.

Adapun, infeksi saluran kencing bisa disebabkan karena anak-anak terlalu sering menahan buang air akibat toilet yang kotor. Menurut Rouli, kasus seperti ini banyak terjadi di sekolah-sekolah. Para murid akhirnya tak masuk sekolah karena sakit. Prestasi di sekolah pun bisa menurun

“Proses belajar bisa terganggu, mereka jadi tidak konsentrasi karena menahan buang air. Sering tidak masuk sekolah karena sakit, prestasi juga bisa menurun,” kata Rouli di Jakarta, Selasa (18/11/2014).

Apalagi jika di toilet sekolah tidak tersedia tempat cuci tangan pakai sabun. Kuman bisa masuk ke tubuh anak-anak melalui makanan karena tidak cuci tangan pakai sabun.

“Dengan adanya berbagai risiko penyakit yang mengintai, sangat penting bagi orang tua untuk mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan. Di sekolah, guru yang memiliki peranan penting,” ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia, Naning Adiwoso pun mengungkapkan, dari 100 sekolah di Jakarta yang pernah ia kunjungi, 90 persen memiliki toilet yang tidak layak. Bagaimana dengan di daerah lain? Bisa lebih memprihatinkan apalagi pada daerah yang kurang air.

Kebanyakan  mereka akan terserang diare. Diare pun tak bisa dianggap sepele.Naning mengatakan, berdasarkan dara ada 2,5 juta anak per tahun di seluruh dunia yang meninggal karena diare. Selain itu,  lanjut Naning, penyakit lain yang kemungkinan terjadi adalah usus buntu hingga kutil kelamin.

Toilet sekolah yang ideal

Rouli mengatakan, jumlah toilet di sekolah harus cukup dengan desain sesuai usia. Perbandingan jumlah toilet dan anak untuk SD adalah 1:25 atau satu toilet untuk 25 anak, kemudian 1:50 untuk SMP, dan 1:75 untuk SMA.

Toilet anak laki-laki dan perempuan pun harus dipisah serta harus ada petugas yang membersihkan toilet setelah digunakan lebih dari tiga orang. Sementara itu, khusus untuk SMP dan SMA, harus disediakan tempat membuang pembalut di kamar mandi wanita.

Naning menambahkan, pembangunan toilet juga harus diperhatikan. Indonesia adalah negara tropis sehingga toilet bisa menjadi sangat lembab jika tidak ada sirkulasi udara. Bakteri pun akan mudah berkembang biak.

Sekolah harus memiliki toilet yang bersih dan higienis dengan air bersih, sarana pembuangan sampah, dan air limbah. Selain itu, perlu kesadaran tinggi kepala sekolah dan para guru untuk menjaga keberaihan toilet. Para murid juga harus diajarkan tanggung jawab menjaga kebersihan toilet di sekolah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau