KOMPAS.com – Banyak masyarakat yang ingin mencari tahu masalah kesehatan melalui internet, media elektronik, televisi, hingga media sosial. Sayangnya, tak semua informasi yang beredar tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Masyarakat harus pandai menyaring informasi. Sudah banyak kasus kerugian kesehatan akibat mudahnya orang percaya pada iklan praktik kesehatan yang menjanjikan kesembuhan secara instan, seperti kasus Klinik Metropole beberapa waktu lalu.
Melihat fenomena itu, empat dokter wanita sebagai professional kesehatan yaitu doktor bidang ilmu gizi Tan Shot Yen, spesialis bedah plastik, Karina F Moegni, spesialis kebidanan dan kandungan Caroline Tirtajasa, dan spesialis anak Ariani D. Widodo merasa “gerah” dan angkat bicara. Menurut mereka yang tergabung dalam The Doctors tersebut, hal ini merupakan pembodohan kesehatan.
“Sumber informasi itu harus jelas dari siapa, rujukannya apa, kredibilitas, dan tanggung jawabnya di mana?” kata Tan dalam diskusi “Stop Pembodohan Kesehatan” di Jakarta, Minggu (30/11/2014).
Tan menjelaskan, publik juga kerap tidak paham mengenai perbedaan antara layanan kesehatan oleh dokter dan layanan kesehatan komplementer (alternatif) yang di luar ilmu kedokteran. Ia pun menyayangkan jika ada pengobatan alternatif yang menggunakan bahasa medis.
Tan mencontohkan, seorang akupunkturis tidak berhak menggunakan istilah “kanker”, tetapi sesuai dengan pendidikannya dalam pengecekan nadi, yaitu menggunakan istilah ‘nadi dalam’ yang artinya mengarah pada masalah kesehatan serius.
Ia juga mengkritik tayangan televisi yang kurang mendidik publik dengan informasi kesehatan yang benar. Menurut The Doctors, selama ini tenaga profesional kesehatan yang kompeten kurang dilibatkan untuk membahas masalah kesehatan yang mendalam. Misalnya, artis yang tidak memiliki latar belakang pendidikan kedokteran bicara soal pola makan sehat.
Selain itu, upaya preventif dan promotif seharusnya lebih dikedepankan dibanding kuratif atau pengobatan. Ini berarti, melakukan gaya hidup sehat dan bukan menunggu sampai terkena penyakit baru mengubah pola hidupnya.
Dokter Caroline menambahkan, masyarakat harus kritis terhadap informasi yang diterima. Informasi tersebut seharusnya dikonfirmasi kepada ahli yang berkompeten. “Kalau salah informasi akibatnya salah langkah. Itu yang fatal,” ujarnya.
Sementara itu, dokter Karin mengatakan, kurangnya informasi dari orang yang berkompeten membuat banyak masyarakat di kalangan mampu memilih pengobatan luar negeri. Sedangkan masyarakat dengan keadaan ekonomi kurang mampu mendapat layanan kesehatan yang tidak bertanggungjawab karena salah informasi.
The Doctors ini pun merekomendasikan dibentuknya pusat layanan informasi kesehatan oleh dokter-dokter yang berkompeten dan berintegritas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.