”Kanker merupakan penyebab kematian nomor satu di Taiwan dan Singapura. Penanganan yang terlambat bisa menjadi salah satu sebab tingginya angka kematian,” ujar dokter spesialis perawatan kanker pada Regency Specialist Hospital Johor, Malaysia, Lo Woei Chung, dalam Dialog Kesehatan ”Perawatan Kanker dan Masalah Stroke dan Tumor” di Jakarta, Sabtu (10/1).
Acara diselenggarakan Perhimpunan Indonesia-Tionghoa (INTI) DKI Jakarta bekerja sama dengan Regency Specialist Hospital. ”Umumnya rasa takut yang membuat penderita kanker menunda-nunda perawatan sehingga saat ia bersedia diobati, penanganan sudah tidak efektif lagi,” ucap Lo.
Pasien bertubuh sehat yang terdiagnosis kanker, kata Lo, kemungkinan besar masih bisa sembuh. Namun, penanganan terhadap mereka bisa terlambat jika tidak segera menjalani perawatan dan sel kanker terus meluas. Salah satu penyebabnya adalah takut jika sampai harus menjalani kemoterapi.
Lo mengakui, kemoterapi memiliki sejumlah efek samping, seperti rontoknya rambut. Efek samping lain antara lain muntah-muntah, diare, kesulitan makan (disfagia), ketidakseimbangan elektrolit tubuh, menopause dini bagi beberapa wanita, dan kelelahan.
Lo menjelaskan, dokter bisa menilai kondisi pasien kanker untuk menentukan apakah pasien bisa menerima perawatan atau tidak. Penilaian dapat berpedoman pada ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group) performance status. Dalam pedoman ini, kondisi pasien dibagi lima tingkat.
Ketua INTI DKI Jakarta I Wayan Suparmin menuturkan, lembaganya sudah mengadakan sosialisasi kanker secara umum ataupun penyakit kanker yang spesifik. INTI mengajak seluruh masyarakat untuk mengikuti sosialisasi. (JOG)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.