Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/01/2015, 08:00 WIB

KOMPAS.com - Tidak mudah menentukan apakah kita memiliki alergi terhadap suatu jenis makanan atau alergen tertentu. Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes uji alergi.

Tes kulit atau tes darah, bila dikombinasikan dengan pemeriksaan dokter dan riwayat kesehatan, dapat membantu menentukan apakah Anda benar-benar alergi terhadap sesuatu yang dihirup, disentuh, atau dimakan.

Namun jika Anda tidak memiliki gejala atau evaluasi medis yang merunjuk ke alergi, sebaiknya tak perlu melakukan tes tersebut. Ini alasannya.

Tes alergi secara acak biasanya tak membantu.

Tes alergi kini bisa dilakukan di banyak tempat selain di klinik dokter. Banyak toko obat dan supermarket, misalnya, yang menawarkan tes alergi secara gratis. Bahkan ada juga alat tes yang bisa dilakukan sendiri di rumah.

Namun, melakukan tes alergi secara acak mungkin akan memberikan hasil reaksi positif pada orang yang sebenarnya tak memiliki reaksi yang sama dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penapisan (screening) kasus alergi makanan terkadang perlu menggunakan tes darah untuk melihat protein yang disebut dengan imunoglobulin G (IgG). Penyakit alergi erat kaitannya dengan protein yang berbeda, IgE, dan tes IgG untuk mendeteksi alergi makanan tak terbukti.

Pada akhirnya, tes alergi tak banyak membantu orang yang memiliki alergi kronis dan mengalami gejala gatal serta kulit memerah yang berlangsung lebih dari enam minggu semenjak penyebab dari alergi tersebut menyerang.

Tes yang tidak perlu bisa memicu perubahan yang tak diperlukan

Anda mungkin menghindari makanan tertentu, seperti gandum, kedelai, telur, atau susu. Hal ini akan berdampak pada asupan nutrisi dan ketakutan yang tidak perlu saat berbelanja bahan makanan.

Peringatan yang keliru tentang alergi yang disebabkan oleh bulu hewan peliharaan bisa membuat Anda membenci anjing atau kucing. Dan pemeriksaan agresif untuk masalah gatal-gatal dapat menunjukkan kelainan yang tidak berhubungan dengan kondisi yang dialami, tetapi menyebabkan kecemasan, dan mengharuskan Anda melakukan tes ulang.

Tes yang salah bisa memboroskan uang

Tes yang tidak tepat tak membantu kita mendiagnosa masalah atau memperbaikai terapi yang dijalankan. Yang pasti dapat menjadi mahal. Tergantung pada jumlah zat diuji, tes alergi kulit bisa menghabiskan uang jutaan rupiah. Belum lagi biaya konsultasi ke dokter spesialis.

Jadi kapan pengujian dapat dilakukan?

Jika gejala tidak membaik dengan obat-obatan yang dijual bebas, dokter akan menyarankan untuk melakukan tes yang tepat. Dokter mungkin akan merekomendasikan rujukan ke seorang ahli alergi imunologi untuk melakukan pengujian lebih lanjut.

Pengujian pada kulit dilakukan dengan menusuk kulit Anda dengan jumlah kecil dari potensi alergen yang ada. Sementara tes darah IgE akan dilakukan jika Anda memiliki ruam atau meminum obat tertentu yang dapat mengganggu keakuratan tes kulit.

Untuk gatal-gatal kronis, tes khusus biasanya tidak diperlukan, meskipun dokter Anda mungkin melakukan tes untuk menyingkirkan penyebab non-alergi, seperti penyakit tiroid, limfoma, atau lupus. (Monica Erisanti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau