Darah pada feses juga bisa menunjukkan penyakit wasir (hemoroid). "Memang gejalanya sama, karena itu untuk memastikan apakah darah itu karena kanker kolorektal atau wasir perlu dilakukan pemeriksaan," kata Dr.Dean Koh, dokter bedah spesialis kolorektal dari Mount Elizabeth Novena Hospital Singapura, dalam media diskusi di Jakarta (13/2/14).
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah kolonoskopi. Pemeriksaan yang dilakukan selama 10-30 menit ini bertujuan untuk mencari apakah ada sel kanker di bagian usus besar dan rektum.
"Bedanya kanker kolorektal dengan kanker lain adalah ada tahap pra-kanker, yakni polip. Dalam pemeriksaan kolonoskopi, jika diketahui ada polip dokter akan langsung memotongnya sebelum jadi kanker. Jika tidak dipotong, dalam 5-10 tahun polip ini akan berkembang jadi kanker," kata Dean.
Ia mengatakan, kebanyakan pasien yang mendapati darah di fesesnya mengira itu karena wasir. "Dokter pun sering kecolongan, sehingga hanya memberi obat untuk wasir. Lalu karena tidak sembuh juga pasien pindah ke dokter lain dan diberi obat lagi. Padahal seharusnya begitu ada darah di tinja, langsung saja kolonoskopi," sarannya.
Kolonoskopi sendiri juga disarankan untuk mereka yang tidak memiliki faktor risiko dan sudah berusia di atas 50 tahun. Faktor risiko kanker ini antara lain, memiliki pola makan rendah serat, obesitas, banyak konsumsi lemak, terbiasa minum alkohol, dan merokok.
Jika kanker ditemukan pada stadium satu, harapan hidup pasien menjadi semakin besar. Pasien kanker kolorektal stadium satu dan dua juga hanya dilakukan operasi dan tidak membutuhkan kemoterapi.
Selain ada darah di feses, gejala kanker kolorektal yang perlu diwaspadai adalah perubahan kebiasaan buang air besar (semula lancar menjadi sulit), letih dan lesu, penurunan berat badan meski tidak berdiet, serta sering merasa tidak enak pada perut.