KOMPAS.com – Sama halnya dengan merokok biasa, menghisap shisa juga meningkatkan risiko seseorang terkena kanker. Asap yang dikeluarkan dari pipa shisha diketahui mengandung logam berat yang berbahaya bagi kesehatan seperti timbal dan uranium.
Shisha atau yang dikenal dengan rokok Arab ini merupakan cara menghisap tembakau dengan berbagai rasa menggunakan pipa panjang. Shisha yang mulanya populer di negara Timur Tengah itu kini dapat dijumpai di sejumlah kafe di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Menurut peneliti, asap yang melewati air sebelum dihirup tetap membawa racun dari logam berat. Sejumlah tembakau merupakan tanaman yang dapat menyerap logam berat. Paparan logam berat dalam jangka panjang ini dapat meningkatkan risiko kanker.
Para peneliti dari Universitas Yordania Jerman dan the Royal Scientific Society Amman-Jordan, menganalisis empat merek shisha tembakau yang cukup populer. Logam berat pada masing-masing shisha diuji, seperti tembaga, besi, kromium, timah, dan uranium.
"Tren merokok shisha meningkat tajam di kalangan muda dalam 10 tahun terakhir. Tidak hanya di Timur Tengah tetapi di seluruh dunia. Penelitian kami ini menambah bukti tentang bahaya shisha bagi kesehatan,” ujar peneliti dokter Akeel Al-Kazwini.
Menurut dia, penelitian ini juga untuk mematahkan klaim bahwa shisha lebih aman dari rokok. Sebab, asap yang melewati air ternyata tidak sepenuhnya menyaring logam berat.
Jumlah logam berat dalam air hanya 3 persen dari total logam berat. Sementara itu, jumlah logam berat 57 persen terbawa dalam asap dan 40 persen pada sisa abu.
Namun, peneliti menegaskan bahwa jumlah dan jenis logam berat pada daun tembakau bervariasi tergangtung di mana penanaman tembakau tersebut.
"Saat ini, industri tembakau shisha beroperasi tanpa regulasi. Dampak label peringatan kesehatan untuk penggunaan shisha juga belum pernah ditelit. Oleh karena itu penting regulator dan pembuat kebijakan memrioritaskan pelabelan yang benar untuk produk shisha, memastikan pengguna mendapat informasi mengenai bahaya Shisha," terang peneliti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.