Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2015, 12:00 WIB

KOMPAS.com - Jumlah anak laki-laki yang memiliki ukuran penis kecil semakin meningkat belakangan ini. Salah satu penyebabnya adalah makin banyak anak yang kegemukan. Faktor lain adalah kekurangan hormon testosteron.

Rentang normal ukuran penis bayi lahir adalah 2,5 cm - 3 cm. Di usia 8-10 tahun biasanya penis berkembang menjadi 4-5 cm. Ukuran kemaluan anak yang kurang dari ukuran itu disebut dengan mikropenis.

Penyebab lain dari mikronpenis adalah Kallmann Syndrome atau Klinefelter Syndrome. Kallmaann Syndrome merupakan kelainan di mana tubuh kekurangan kadar hormon pubertas, sehinga organ reproduksinya tidak bisa berkembang secara maksimal.

Sedangkan Klinefelter Syndrome merupakan kelainan kromosom, dimana terlalu banyak kromosom perempuan di dalam tubuh seorang laki-laki, sehingga membuat organ kelaki-lakiannya tidak berkembang.

Faktor kekurangan hormon testosteron juga sering ditemui. Seharusnya kandungan hormon testosteron dalam tubuh anak umur 7 sampai 12 tahun ialah 0,030 - 0,68 ng/ml. Namun hampir pada semua anak dengan mikropenis, konsentrasinya kurang dari 0,030 ng/ml. Bahkan sering tidak bisa diukur karena kecil. Akibatnya penis tidak tumbuh.

Ukuran penis yang terlalu kecil ini juga sering membuat dokter atau tukang sunat tidak berani menyunat anak. Penis berada di dalam karena pendek dan ukurannya terlalu imut.

"Dokter atau tukang sunat biasanya menyarankan untuk menunggu sampai penis menonjol atau badan jadi kurus. Tetapi kapan bisa kurus dan kapan penis bisa menonjol? Kalau tidak jadi kurus dan penis tidak menonjol terus bagaimana," kata dr.Naek L.Tobing, Sp.KJ, konselor seks saat ditemui di kliniknya di kawasan Kebayoran Baru Jakarta.

Naek menambahkan, anak yang belum disunat sebelum masuk SMP bisa merasa rendah diri.

"Satu satunya jalan yang dapat ditempuh yaitu dengan melakukan pengobatan yang bisa mendorong pertumbuhan penis dengan cepat," katanya.

Mikropenis yang tidak segera ditangani bisa menimbulkan masalah baru dikemudian hari, karena ukuran penis tetap kecil.

Pengobatannya bisa dengan terapi hormonal, yakni pemberian testosteron, baik dengan kapsul atau krim. Pengobatannya sendiri harus dilakukan sebelum anak pubertas.

"Kalau sudah mengalami proses pubertas, penis tidak bisa berkembang lagi. Karena penis sudah tidak peka terhadap obat. Dan tidak ada obat yang bisa menghasilkan pertambahan ukuran pada penis, setelah masa pubertas," ujarnya.

Terapi hormonal pada anak tidak memberikan efek samping selama dilakukan dengan tepat dan sesuai aturan. (Monica Erisanti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau