Dalam survei yang dilakukan WHO mengenai rencana pemerintah tiap negara menghadapi bakteri kebal obat ini, hanya seperempat dari 133 negara yang menganggap serius ancaman ini.
"Ini adalah tantangan terbesar dalam penyakit infeksi saat ini. Berbagai jenis mikroba, termasuk virus dan parasit, sekarang jadi kebal obat," kata Keiji Fukuda, asisten direktur jenderal keamanan kesehatan WHO.
Fukuda menambahkan, bakteri kebal obat ditemukan di semua bagian dunia. "Karena itu tiap negara harus ambil bagian menghadapi ancaman global ini," imbuhnya.
Obat-obatan antimikroba seperti antibiotik dan antivirus selama ini menjadi andalan dalam menghadapi penyakit, misalnya saja infeksi aliran darah, radang paru, tuberkulosis, dan HIV.
Tetapi infeksi superbug, misalnya saja tuberkulosis kebal obat, sudah membunuh ribuan orang pertahunnya. Tren tersebut diperkirakan bakal meningkat.
Walau begitu, menurut WHO baru beberapa negara saja yang punya rencana untuk menyiapkan antibiotik. Negara tersebut antara lain negara kaya seperti di Eropa dan Amerika Utara, yang sistem kesehatannya sudah baik dan dana penelitiannya lebih besar.
"Harus ada lebih banyak negara lagi yang siap dengan strategi komperhensif untuk mencegah penggunaan antibiotik yang salah sehingga kasus bakteri kebal obat bisa ditekan," katanya.
WHO mengatakan bahwa kunci mengendalikan resistensi antibiotik adalah dengan monitoring. Tapi saat ini hal tersebut tidak efektif. Di banyak negara, kemampuan laboratorium yang rendah, infrastruktur dan manajemen data yang belum baik, membuat pemerintah sulit menemukan pola dan tren penyakit.
Di saat yang sama, pembelian antibiotik secara mudah di apotik dan toko obat adalah hal yang biasa. Akibatnya penggunaan antibiotik secara berlebihan dan tidak perlu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.