Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/06/2015, 12:30 WIB
Dian Maharani

Penulis


KOMPAS.com – Ada sedikit lelucon kemudian Anda langsung tertawa terbahak-bahak dibanding orang lain? Mungkin Anda memiliki gen untuk mudah tertawa ataupun tersenyum. Sebuah penelitian menunjukkan, gen memengaruhi seberapa kuat seseorang bereaksi ketika ada sesuatu yang lucu.

“Misteri besar mengapa beberapa orang banyak tertawa, dan banyak tersenyum, sementara orang lain tetap tenang. Budaya dan kepribadian berperan di dalamnya. Tapi penelitian kami menunjukkan bahwa DNA juga memainkan peran," ujar penulis studi Claudia Haase, seorang peneliti psikologi di Northwestern University di Evanston, Illinois.

Sebelumnya, pengaruh gen diketahui hanya terkait dengan tingkat depresi atau stres seseorang.  Pada studi yang pernah diakukan, gen 5HTTLPR  memengaruhi emosi negatif sehingga seseorang lebih rentan depresi, mengalami stres, dan pemalu.

Kali ini, penelitian menemukan bahwa ada pengaruh antara versi gen (alel) pendek dan panjang pada gen 5HTTLPR. Setiap orang mewarisi dua salinan gen dari orang tua mereka.

Para peneliti menganalisis data video orang-orang yang menonton tayangan lucu, kemudian mengamati ekspresi mereka. Peneliti  kemudian mengambil sampel melalui air liur untuk menguji gen 5HTTLPR.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Emotion ini menunjukkan bahwa orang dengan dua salinan alel pendek  lebih mudah tertawa dan tersenyum. Mereka bisa tertawa lepas sehingga terlihat sangat bahagia. Sementara mereka yang memiliki dua alel panjang lebih sedikit tertawa maupun tersenyum.

Haase menyimpulkan, temuan baru menunjukkan, versi pendek dari gen membuat orang lebih sensitif dengan hal-hal baik maupun yang buruk dalam hidup mereka.

Temuan lain juga menunjukkan, bahwa orang yang memiliki dua versi gen pendek cenderung memiliki volume lebih besar di bagian otak yang bernama thalamus. Bagian otak ini berperan dalam mengelola emosi.

"Ini masuk akal bahwa orang dengan alel pendek memiliki peningkatan emosional positif dan negatif karena daerah otak yang berperan untuk pengelolaan emosional mereka lebih besar dibanding orang lain,” ujar dokter Keith Young, seorang profesor psikiatri di Texas A & M Health Science Center.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau