Dampak konsumsi gula dan garam berlebihan kerap menjadi alasan terbesar mengapa banyak orang justru mengalami kenaikan berat badan saat puasa atau bahkan sesudahnya yang ditandai lewat timbunan lemak di area perut.
Menurut Nia, panggilan akrab dari Kurniasih, dalam sehari seseorang memiliki jatah 5 persen dari kebutuhan sehari-hari untuk konsumsi karbohidrat sederhana, contohnya ialah 50 sampai 75 kalori untuk kebutuhan gizi 1900 kalori atau sekitar 1 sampai 1,5 sendok makan gula pasir.
“Jatah tersebut boleh digunakan saat berbuka, tapi bukan berarti semua makanan atau minuman manis akan sehat untuk dikonsumsi, karena kandungan takjil seperti cendol, kolak, biji salak dan lainnya malah mengandung lebih dari 1,5 sendok makan gula pasir. Belum lagi kalau umumnya berbuka dengan teh hangat manis yang jelas-jelas mengandung gula,” saran perempuan lulusan jurusan ilmu gizi tersebut.
Sebaliknya, Nia justru merekomendasikan buah segar seperti kurma sebagai pilihan menu takjil sehat yang bisa dilengkapi dengan minuman jus segar tanpa susu dan gula sebagai penggantinya.
Nah, terkait soal batas aman konsumsi garam, Nia pun berujar jika kebutuhan gula dan garam seseorang tidak berubah selama bulan Ramadan. Pasalnya kebutuhan gizi rata-rata orang dewasa di Indonesia memang berkisar antara 1900 sampai 2000 kalori, maka untuk kebutuhan garam orang dewasa ialah sebanyak 1 sendok teh sehari.
“Untuk garam bukan hanya dalam bentuk garam dapur tetapi kandungan natrium di bahan makanan lain. Oleh karena itu, hindari makanan tinggi natrium seperti ikan asin, mie, saus tomat dan saus sambal atau sambal terasi serta makanan kaleng yang diawetkan karena akan mengakibatkan rasa haus berlebihan saat puasa,” papar Nia menutup sarannya seputar batas aman konsumsi gula dan garam selama puasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.