Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minum Obat Nyeri Tak Sembuh, Segera Periksa ke Dokter

Kompas.com - 11/09/2015, 16:28 WIB
KOMPAS.com - Penanganan nyeri pada umumnya hanya berfokus pada penggunaan obat-obatan penghilang nyeri. Meski pada nyeri yang sudah diketahui penyebabnya, seperti tumor atau adanya saraf yang terjepit, bisa dilakukan pembedahan, namun sebagian besar pasien menolak tindakan operasi.

Pada nyeri yang berlangsung lama atau kronik, kebanyakan pasien memilih meningkatkan dosis obatnya. Padahal, jika nyeri tidak hilang meski sudah mengonsumsi obat seharusnya diperiksakan ke dokter.

"Tetapi memang banyak pasien yang merasa di-pingpong ke sana kemari saat berobat untuk keluhan nyeri. Sudah ke dokter saraf, ke ortopedi, lalu ke fisioterapi, tapi enggak sembuh-sembuh, akhirnya memilih pengobatan alternatif dan tetap tidak sembuh juga," kata dr.Mahdian Nur Nasution, spesialis bedah saraf dari Klinik Nyeri & Tulang Belakang Jakarta, Jumat (11/9/15).

Mahdian menjelaskan, hampir 90 persen keluhan nyeri akan membaik dalam 9 minggu dan 5 persen nyeri membaik dalam 3 bulan. Tetapi sekitar 5 persen nyeri membutuhkan intervensi tambahan dari dokter.

"Jika tidak sembuh juga walau sudah minum obat, seharusnya periksakan ke dokter. Nyeri yang diabaikan bisa menyebabkan inflamasi, bahkan bisa membuat orang ingin bunuh diri," ujarnya.

Ditambahkan oleh dr.Ade Sri Wahyuni, spesialis rehabilitasi medik, pemeriksaan awal adalah fase penting untuk menegakkan diagnosis nyeri. "Selain pemeriksaan fisik, dokter akan menanyakan dengan rinci, termasuk waktu timbulnya nyeri dan kebiasaan-kebiasaan pasien," katanya dalam kesempatan yang sama.

Terkadang juga diperlukan pemeriksaan penunjang, misalnya rontgen, ultrasonografi, atau pemeriksaan MRI untuk menentukan sumber nyerinya. Kemudian dokter akan memutuskan apa terapinya.

"Kalau nyerinya yang ringan-ringan, misalnya karena salah postur, pasien akan diberikan edukasi mengenai postur tubuh yang benar dan juga terapi fisik. Tapi kalau diperlukan, akan dilakukan terapi tambahan," imbuh Ade.

Ade mengatakan bahwa nyeri yang sudah bersifat kronik atau lama sebaiknya jangan diabaikan. "Nyeri kronik bisa mengubah postur tubuh dan struktur otot-otot sehingga terjadi ketidakseimbangan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com