Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/09/2015, 20:08 WIB
KOMPAS.com - Kerusakan tulang rawan bisa terjadi pada bagian lutut. Jika dibiarkan, kerusakan itu bisa semakin parah dan menimbulkan radang sendi dengan gejala utama berupa kekakuan sendi dan rasa nyeri hebat.

Faktor utama osteoartritis atau radang sendi pada lutut adalah obesitas karena bagian tubuh ini harus menopang tubuh dan melakukan banyak aktivitas. Penyakit ini juga diturunkan secara genetik, terutama jika kerusakan terjadi pada sendi tangan.

Radang sendi tidak bisa disingkirkan, tahun demi tahun nyeri cenderung makin parah sehingga membatasi aktivitas. Bila keadaan terus memburuk, dokter akan menganjurkan penggantian sendi dengan sendi buatan.

Meski demikian, kebanyakan pasien tidak mau melakukan operasi. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah pemberian obat-obatan antiinflamasi dan juga injeksi steroid.

Steroid (kortikosteroid) adalah obat sintetis yang sangat mirip dengan kortisol, hormon yang secara alami diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kortisteroid berbeda dengan steroid yang dipakai oleh para atlet untuk membesarkan ototnya.

Steroid dalam pengobatan ini bekerja dengan mengurangi inflamsi dan menurunkan aktivitas sistem imun.

"Injeksi steroid termasuk yang paling ampuh untuk mengatasi nyeri sendi pada lutut. Tetapi suntikannya hanya bertahan sampai 3 bulan dan setelah itu bisa diulang lagi," kata dr.Mahdian Nur Nasution, spesialis bedah saraf dari Klinik Nyeri & Tulang Belakang Jakarta.

Meski suntikannya harus diulang secara berkala, namun pasien tidak perlu khawatir karena dosis yang dipakai rendah.

"Dosis steroid maksimal 3 gram per kilogram berat badan. Jadi kalau pasien kira-kira memiliki berat badan 70 kilogram, maka ia masih boleh mendapatkan 210 gram. Sementara satu kali suntikan hanya sekitar 10 miligram, jadi batasnya bisa sampai 21 suntik," papar Mahdian.

Ia mengungkapkan, suntikan steroid sudah sejak lama dipakai oleh dokter, tetapi dahulu dosisnya cukup tinggi. "Dahulu tidak disuntik ke pusat sakitnya sehingga dosisnya harus besar, sekarang beda," ujarnya.

Meski demikian, dalam situs WebMD disebutkan, suntikan steroid tidak akan banyak membantu jika kerusakan sendi sudah terlalu parah. Selain itu pasien yang berpotensi mengalami perdarahan atau mengonsumsi obat antikoagulan suntikan ini juga tidak direkomendasikan.

Terapi baru

Mahdian menjelaskan, sebenarnya saat ini sudah ada terapi pengobatan nyeri yang lebih efektif. Misalnya untuk kasus radang sendi pada lutut, bisa dilakukan terapi radiofrekuensi ablation. Tujuan dari terapi tersebut adalah memutus pengiriman rangsangan nyeri melalui saraf tersebut.

"Memang terapi radiofrekuensi ini tidak menghilangkan sumber sakitnya, tapi lututnya tidak sakit lagi. Terapi ini hanya menahan nyeri saja dan penyakitnya diobati dengan cara lain. Misalnya jika cairan sendinya berkurang maka bisa disuntikkan dengan cairan sintetis," katanya.

Terapi radiofrekuensi memiliki keunggulan rasa bebas nyeri bisa bertahan sampai dengan dua tahun dan terapinya non-invasif. Meski demikian biayanya memang jauh lebih mahal dibandingkan dengan suntikan steroid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau