Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/12/2015, 21:13 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – Jihad tidak selalu berurusan dengan perang bermodalkan senjata apalagi kejadian berdarah-darah. Pemuka agama yang satu ini menegaskan “berjuang”—arti kata jihad—punya makna teramat luas, termasuk untuk kebersihan dan kesehatan.

“Jihad adalah upaya sungguh-sungguh untuk memberantas kezaliman, perbuatan sewenang-wenang, baik terhadap diri sendiri, masyarakat, maupun alam,” papar Bahrudin, pemuka agama tersebut. Semua bermula dari kebiasaan sebagian warga Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Lampung.

Bahrudin mengaku risih dengan pemandangan sebagian warga kecamatan tersebut buang air besar sembarangan. Tak setiap rumah warga ada kakus. Era sudah lewat milenium, di kecamatan itu kakus bersama masih ada yang berupa WC apung, alias kotoran langsung masuk ke saluran air atau sungai.

Ya, tak seperti kebanyakan ulama lain, Bahrudin selalu memasukkan soal kewajiban menjaga kebersihan dalam setiap dakwahnya. Dia khawatir kebiasaan buang air besar sembarangan itu akan mendatangkan banyak penyakit, termasuk diare.

Diare itu bisa berdampak fatal. Tidak sedikit balita yang harus kehilangan nyawa akibat penyakit ini,” ujar Bahrudin yang juga Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan Pagelaran.

Dalam setiap kesempatan, Bahrudin menyisipkan sabda Nabi Muhammad SAW bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. “Jauhilah dua perbuatan yang mendatangkan laknat, yaitu orang yang membuang kotoran di jalan umum atau tempat berteduh manusia,” lanjut dia mengutip hadis lain.

Jihad sanitasi

Meski merujuk ajaran agamanya, Bahrudin berkeyakinan semua agama pasti mengajarkan pula soal keharusan menjaga kebersihan dan kesehatan diri maupun lingkungan. Jihad sanitasi—sebutan dia untuk seruan-seruannya dari mimbar dakwah—merupakan panggilan bagi seluruh umat beragama. “Memerangi kezaliman dan mulai berperilaku hidup bersih dan sehat,” tegas dia.

Keprihatinan dan langkah Bahrudin mempertemukannya dengan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), program yang mendapat fasilitas dari Stichting Nederlandse Vrijwilligers (SNV), lembaga sosial dari Belanda yang menangani sanitasi.

Di hadapan ratusan peserta konferensi, Bahrudin berbagi keyakinan bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama, tak terkecuali dirinya sebagai ulama. Dia pun terlibat dalam advokasi perilaku hidup bersih dan sehat.

Lewat dakwah yang sudah dilakoni sehari-hari, memakai pendekatan religi dan kultural, Bahrudin menyerukan perubahan perilaku itu, berjihad untuk sanitasi yang lebih baik. Tak lelah ia mengimbau, mengajarkan, juga terus mengajak masyarakat berperilaku bersih dan sehat, minimal tidak lagi buang hajat sembarangan. “(Jihad) ini semua demi perubahan perilaku,” tegas dia.

Dari pesantren untuk Indonesia

“Jihad Sanitasi” yang dilakukan Bahrudin tentu tidak mudah. Namun, kesadaran masyarakat berbudaya hidup bersih harus tetap ditanamkan. Dari pintu ke pintu, dari pesantren, masjid, hingga rumah warga, terus dia serukan jihad itu.

Kepada warga, Bahrudin terus sampaikan bahwa banyak penyakit yang sekarang berkembang adalah akibat lingkungan kotor dan tak sehat. Bersama rusaknya lingkungan, beragam penyakit muncul karena kecerobohan manusia sendiri.

Keyakinan Bahrudin sejalan dengan fakta sanitasi bukan hanya tantangan bagi warga Kecamatan Pagelaran. Di seluruh Indonesia bahkan dunia, sanitasi masih menjadi tantangan, bahkan hingga 2014 masih masuk 10 besar penyebab kematian balita berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Menurut laporan WHO 2008, peningkatan sektor air minum dan sanitasi mampu mencegah 1,4 juta kematian anak per tahun. Bakteri patogen, penyebab diare biasanya ada di air minum yang tidak layak, makanan yang terkontaminasi kotoran, dan sanitasi tak memadai. Ketiga faktor tersebut merupakan penyebab sekitar 88 persen kasus diare di seluruh dunia.

Pemerintah pun mencanangkan upaya perbaikan sanitasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019. “Gerakan 100 Persen Akses Air Minum dan Sanitasi pada 2019” menjadi tagline-nya, secara ringkas disebut sebagai “Akses Universal 2019”, sejalan dengan target Milennium Development Goals (MDGs) yang ditetapkan PBB pada 2000.

Menjadi anggota PBB, Indonesia juga harus mengejar target yang sama. Namun, upaya tersebut butuh banyak jihad dari Bahrudin-Bahrudin lain untuk membangkitkan dan menyebarluaskan kesadaran soal kebersihan, kesehatan, dan sanitasi. Apakah Anda salah satunya?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau