Kondisi ini didiagnosis melalui pemeriksaan USG di mana terdapat gambaran kantung kehamilan (biasanya ukurannya lebih dari 20 mm) tanpa gambaran embrio yang berkembang di dalamnya.
Uniknya, saat hasil pemeriksaan menyatakan kehamilan itu kosong, sering kali ibu masih tetap merasakan keluhan awal kehamilan seperti mual, nyeri pada payudara, dan muntah-muntah.
Bahkan, ibu tidak merasakan adanya kelainan pada kehamilannya. Nah, ternyata keluhan seperti itu tidak selalu menandakan janin berkembang dengan baik atau tidak, karena kenaikan kadar hormon kehamilanlah yang punya peranan.
BO memang terjadi akibat pertemuan sel telur dan sel sperma hingga terjadi pembuahan. Lalu sel-sel itu membentuk kantung ketuban, plasenta, dan hormon human chrionic gonadtrophin (hCG). Hormon inilah yang memberi sinyal bahwa kehamilan sudah terjadi dengan tanda positif.
Kantung ketuban juga akan terus berkembang, layaknya kehamilan normal, padahal sel telur yang telah dibuahi gagal untuk berkembang secara sempurna. Tak heran, BO akan dirasakan sebagai kehamilan yang normal.
Sebagian besar BO terjadi karena adanya kesalahan di awal pembentukan embrio, misalnya kelainan kromosom. Biasanya sangat jarang disebabkan oleh kelainan atau hal-hal lain yang terjadi pada kedua orangtua.
Penyebab tersering kehamilan anembrionik adalah kesalahan pada saat awal pembentukan embrio, yaitu kelainan kromosom yang bersifat acak, maka kejadian ini tidak dapat kita cegah.
Kabar baiknya, biasanya kehamilan anembrionik merupakan kejadian acak sehingga sangat jarang terulang kembali.
Setelah dokter mendiagnosis terjadinya BO, ada beberapa pilihan untuk tata laksana selanjutnya, yaitu pembedahan (kuret) dan obat-obatan.