Candra masih ingat betul bagaimana penyakitnya itu bermula. Ketika itu ia mengalami cedera lutut saat mengikuti turnamen sepak bola di pertengahan tahun 2012.
"Setelah kejadian itu lama-lama kaki saya bengkak. Setelah diurut pun bukannya kempis malah tambah besar bengkaknya," kata siswa SMK Putra Satria Jakarta ini.
Hasil pemeriksaan rontgen di RSUD Fatmawati menunjukkan ada retak pada lututnya. Dokter lalu memintanya melakukan pemeriksaan lanjutan sampai akhirnya diketahui ia mengalami radang tulang.
Setelah dilakukan biopsi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, dokter mendiagnosis Candra menderita kanker tulang ganas. Ia pun harus menjalani kemoterapi sampai beberapa kali.
Yang paling membuatnya merasa sedih dan frustasi adalah ketika dokter terpaksa mengamputasi kaki kanannya sampai pangkal paha.
"Saya terus menangis, depresi, dan marah-marah tidak jelas," kata remaja yang sering dipasang di posisi gelandang saat bermain bola ini.
Berkat dukungan dari keluarga, terutama ibunya, akhirnya Candra mulai bangkit dari rasa terpuruknya.
Remaja yang mengidolakan gelandang Timnas Indonesia, Ahmad Bustomi, ini mengakui, dukungan dari keluarga dan teman-temannya sangat membantu menaikkan rasa percaya dirinya.
"Teman-teman sangat mendukung. Mereka tetap mengajak bermain bola tanpa membicarakan penyakit saya sehingga beban pikiran pun hilang," ujarnya saat ditemui dalam perayaan Tahun Baru Bersama Pasien Kanker di Sekretariat Yayasan Pelayanan Kasih Jakarta (30/1/16).
Meski harus kehilangan satu kaki, tapi Candra mampu membuktikan kemampuannya di lapangan bola. Akhirnya ia pun ditunjuk menjadi pelatih sepak bola di sekolah sepak bola (SSB) Putra Garda Muda.
Saat ini Candra mengisi kesibukannya di manajemen, terlebih setelah SSB tersebut bekerja sama dengan SSB Midle Coral Boy dan telah beranggotakan sampai 50 anak.
“Sekarang lebih banyak mengurus jadwal bertanding tim, jadwal turnamen dan sebagainya. Saya hanya melatih jika pelatih utama tak dapat hadir. Karena saya kurang bebas bergerak, saya melatih dengan memberi instruksi dari pinggir lapangan,” ujarnya.
Untuk mengusir rasa kangennya bermain bola, Candra kini lebih sering bermain futsal. “Saya masih bisa main futsal, tapi jadi penjaga gawang,” kata penggemar klub Liga Inggris Manchester United ini.
Candra yang kini harus menggunakan bantuan kruk untuk berjalan, mempunyai harapan yang gemilang untuk masa depannya.
“Saya ingin menjadi pengusaha di bidang transportasi dan memiliki akademi sepak bola untuk mengharumkan sepak bola Indonesia,” kata dia.
Candra berharap anak-anak lain yang harus berjuang melawan kanker tidak mudah menyerah. "Lawan terus penyakitnya, jangan minder dan takut. Teruslah berdoa dan berjuang," katanya. (Gibran Linggau)