Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendukung penuh percobaan nyamuk tersebut. Meski demikian, aktivis lingkungan memperingatkan risiko dari menghapuskan suatu spesies.
Dalam pernyataannya, WHO mengatakan bahwa pendekatan biologi untuk memberantas nyamuk merupakan upaya pertahanan yang bersifat segera.
Percobaan memakai nyamuk yang sudah direkayasa genetik itu dikembangkan oleh Oxitex, perusahaan Inggris, yang dilakukan di Kepulauan Cayman dan Brasil.
Perusahaan itu mengembangkan teknologi mikroinjeksi pada telur-telur nyamuk. Injeksi itu berisi gen-gen yang menghasilkan protein tertentu yang mencegah keturunan nyamuk vektor demam dengue mencapai usia dewasa.
Teknik lain yang dipertimbangkan adalah melepaskan nyamuk jantan yang dimandulkan dengan radiasi dosis rendah. Metode ini sudah dipakai oleh International Atomic Energy Agency untuk mengendalikan serangga yang merusak pertanian.
Opsi ketiga adalah menggunakan bakteri Wolbachia, yang tidak menginfeksi manusia tetapi mencegah telur dari nyamuk betina menetas.
Nyamuk yang membawa wolbachia juga sudah lebih dulu dipakai untuk menurunkan angka kejadian demam berdarah, termasuk di Indonesia. WHO menyebutkan bahwa percobaan berskala besar akan dilakukan.
WHO menyatakan kejadian darurat global terhadap zika, walau bukti kuat antara virus ini dengan cacat lahir belum ada. Keputusan WHO itu didasarkan pada meluasnya kasus zika ke lebih dari 25 negara. Prioritas penanganan virus zika adalah dengan melindungi ibu hamil dan bayi dengan mengendalikan nyamuk yang menyebarkan virus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.