Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/02/2016, 11:40 WIB
KOMPAS.com — Di tengah ingar-bingar pemberitaaan mengenai bahaya virus zika pada janin, sekelompok dokter dari Argentina menyebutkan bahwa bukan virus zika yang menyebabkan cacat pada bayi.

Menurut Physicians in Crop-Sprayed Towns (PCST), yang memicu kasus lingkar kepala lebih kecil dari normal (mikrosefali) pada bayi-bayi di Brasil adalah larvasida toksik yang dimasukkan ke dalam sumber air minum warga Brasil.

Zat kimia larvasida semula disuntikkan ke dalam sumber air minum di Brasil tahun 2014 untuk menghentikan penyebaran larva nyamuk di tangki penampungan air.

Zat kimia yang disebut pyripoxyfen dipakai dalam program pemerintah untuk mengontrol populasi nyamuk di negara tersebut. Pyriproxyfen adalah larvasida yang dibuat oleh Sumitomo Chemimal, perusahaan yang terkait dengan Monsanto, perusahaan rekayasa genetik.

"Cacat lahir yang dideteksi pada ribuan bayi dari ibu hamil yang tinggal di wilayah di mana pemerintah daerah Brasil menambahkan pyriproxyfen ke air minum bukanlah sebuah kebetulan," tulis PCST dalam laporannya.

Bahkan, menurut PCST, Menteri Kesehatan Brasil telah menyuntikkan pyriproxyfen ke penampungan air di wilayah Pernambuco. Di area tersebut, perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypty yang membawa virus zika sangat tinggi.

Pernambuco juga merupakan daerah pertama di Brasil yang mendeteksi adanya masalah. Sekitar 35 persen kasus mikrosefali di seluruh Brasil ditemukan di area ini.

Dokter-dokter Argentina juga mengungkapkan bahwa dalam epidemi zika belum terbukti virus tersebut yang menyebabkan mikrosefali.

Di negara seperti Colombia yang juga banyak dilaporkan kasus zika, belum ditemukan kaitan antara mikrosefali dan zika. Dalam penelitian pada 3.177 ibu hamil yang terinfeksi zika, janin mereka sehat.

AFP / LUIS ROBAYO Larva nyamuk Aedes Aegypti yang diduga sebagai bakal vektor virus Zika, difoto di laboratorium International Training and Medical Research Center (CIDEIM) di Cali, Kolombia, 25 Januari 2016.
Belum disimpulkan

Dalam situsnya, Sumitomo Chemical menyatakan bahwa pyriproxfen hanya memberikan dampak yang kecil pada burung, ikan, dan mamalia.

Disebut-sebut terkait dengan Sumitomo, Monsanto menyatakan bahwa perusahaannya tidak pernah memproduksi pyriproxyfen atau larvasida.

Perusahaan ini juga mengklaim tidak ada kaitan dengan Sumitomo Chemical. Menurut dia, Sumitomo adalah rekan bisnis yang memasok produk herbisida. Dalam situsnya, mereka juga mengatakan, tidak ada kaitan antara virus zika dan rekayasa genetik.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sangat berhati-hati dan tidak langsung menyatakan zika terkait mikrosefali.

"Walau belum ditemukan hubungan sebab akibat antara infeksi zika pada kehamilan dengan mikrosefali, bukti-bukti yang ada sangat mengkhawatirkan," kata Direktur Jenderal WHO Margaret Chan.

Riset-riset mengenai zika terus dilakukan. Selain mencari penyebabnya, para ilmuwan juga berusaha mengembangkan vaksinnya.

Sekelompok ilmuwan dari Brasil (15/2/2016) menyatakan, pihaknya menemukan zika dalam otak bayi yang mengalami mikrosefali. Penemuan ini menambah bukti kaitan antara infeksi virus ini dengan cacat lahir.

"Kami telah mendeteksi zika dalam jaringan otak. Virus zika menyebabkan kerusakan otak," kata Lucia Noronha, pakar patologi dari Brizilian Society of Pathology, seperti dikutip AFP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau