Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/02/2016, 07:07 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Remaja merupakan periode terakhir dari masa anak-anak. Pada tahap ini seorang anak akan memasuki masa pubertas yang menyebabkan perubahan, baik fisik mau pun mental. Akan tetapi perubahan tersebut berlangsung bertahap.

Menurut penjelasan dr.Aditya Suryansyah, Sp.A (K), usia pubertas seorang anak berbeda-beda. Pada anak perempuan, pubertas terjadi sejak usia 8 sampai 13 tahun. Sementara anak laki-laki mengalami pubertas sejak usia 9 sampai 14 tahun.

Selama pubertas, ukuran dan bentuk badan berubah dari ciri khas anak ke bentuk dewasa. "Pada anak perempuan ditandai dengan pembesaran payudara, sedangkan anak laki-laki pembesaran testis," ujarnya dalam acara yang diadakan Klinik Remaja Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta bersama dengan Forum Ngobrol Bareng Sahabat (Ngobras) di Jakarta (17/2/16).

Adit menjelaskan, tanda pubertas anak perempuan bukanlah datangnya haid pertama. "Menstruasi itu terjadi 2 tahun setelah awal pembentukan payudara. Mens juga merupakan akhir dari masa pubertas anak perempuan," paparnya.

Demikian pula dengan anak lelaki, tinggi badan yang meningkat dengan cepat pada umumnya terjadi 2-3 tahun setelah pembesaran testis. Mimpi basah juga dialami setelah pembesaran testis dan penis.

Selain itu di masa pubertas tanda-tanda seksual sekunder mulai muncul, misalnya tumbuhnya rambut di kemaluan dan rambut ketiak.

Fluktuasi hormonal yang dialami di masa pubertas juga sering menyebabkan gangguan, seperti bau badan dan jerawat.

"Hal yang kelihatannya sepele, bagi remaja bisa berdampak besar, bahkan menyebabkan anak mogok sekolah karena tidak percaya diri," ujarnya.

Orangtua seharusnya memperhatikan tanda-tanda awal pubertas. Waspadai pubertas yang terlalu dini atau terlambat karena menunjukkan adanya kelainan dan dapat berpengaruh pada kesehatan dan pertumbuhan fisiknya.

"Tetapi selalu ada variasi normal, misalnya anak setelah pubertas tetap kecil tapi tumbuhnya stabil karena orangtuanya memang tidak bisa tinggi," kata Adit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau