KOMPAS.com - Selama bertahun-tahun, para ilmuwan melakukan investigasi untuk mencari tahu pandangan para gadis muda mengenai peran ibu (motherhood) untuk mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja.
Sebuah studi terbaru dari Northwestern University, telah berhasil mengalihkan perhatian para ilmuwan dari gadis-gadis remaja ke pria-pria muda.
Studi itu mengungkapkan sesuatu yang sangat menarik, yaitu perilaku seksual para pria di masa muda, tidak hanya mengungkap risiko mereka menjadi ayah bagi bayi yang lahir dari kehamilan yang tidak diinginkan, tapi juga mengungkap akan menjadi ayah seperti apa mereka nantinya.
Peneliti Dr. Craig Garfield dan tim mencaritahu hubungan antara pandangan para pria muda terhadap tiga hal yaitu perilaku seks yang berisiko, penyakit seks menular dan metode kontrasepsi, dengan kemampuan mereka menjadi ayah.
Mereka menemukan, bahwa para pria yang bersikap tidak atau kurang peduli terhadap tiga hal di atas cenderung akan menjadi ayah yang meninggalkan anaknya, ayah yang tidak hidup satu atap dengan anaknya.
Para peneliti menginteriview 10.253 pria remaja dan dewasa muda. Para partisan diminta tanggapannya terhadap kalimat: "Jika kamu berhasil mengajak seorang gadis melakukan hubungan seks, maka teman-temanmu akan lebih menghormatimu", "Tidak terlalu menjadi masalah jika gadismu hamil sekarang akibat perbuatanmu", dan "Menggunakan alat kontrasepsi mengurangi kenikmatan seks".
Duapuluh tahun kemudian, para ilmuwan kembali memantau kehidupan para partisan, membandingkan respon mereka di masa lalu dengan kehidupan mereka sekarang; apakah mereka memiliki anak, apakah mereka tinggal bersama anak mereka dan ibunya, dan berapa usia mereka ketika menghamili pasangannya.
Hasilnya, pria yang tidak keberatan melakukan hubungan seks berisiko, 30 persen lebih tinggi kemungkinannya untuk tidak tinggal dengan anak mereka.
Pria yang berkata "Tidak terlalu menjadi masalah jika gadismu hamil sekarang akibat perbuatanmu (20 tahun lalu)", 20 persen lebih tinggi kemungkinannya untuk tidak tinggal bersama anaknya.
Sementara itu, pria yang sejak muda sudah tahu risiko perilaku seks yang tidak bertanggung jawab, 28 persen lebih rendah kemungkinannya untuk meninggalkan anak mereka.
Para peneliti juga menemukan, pria yang menjadi ayah di usia remaja, lebih berisiko putus sekolah dan memiliki pekerjaan yang berpendapatan lebih rendah, dibanding para pria yang sejak awal sudah paham risiko berhubungan seks saat remaja dan tanpa pengaman.
Menurut Sexuality Information and Education Council of the United States, remaja yang menerima pendidikan seks yang komprehensif, 50 persen lebih rendah risikonya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan atau menjadi ayah tanpa direncanakan, dibanding remaja yang kurang mendapat pendidikan seks.
Masih belum diketahui dengan jelas korelasi langsung antara perilaku seks di masa muda dengan kemampuan mereka menjadi ayah di masa depan.
Yang jelas, peneliti yakin, anak-anak harus diberi pendidikan seks yang memadai supaya tahu, risiko apa yang akan mereka hadapi jika melakukan hubungan seks yang berisiko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.