"Sebaiknya tak membawa barang terlalu berat di tas, 30 kilogram paling berat," kata Ketua Perhimpunan Fisioterapi Ortopedi Muskuloskeletal Indonesia Sugijanto pada seminar "Mencegah Pelemahan Fungsi Kinetik Bahu" di Rumah Sakit Premier Bintaro, Tangerang, Sabtu (12/3).
Pembicara lain, dokter spesialis ortopedi RS Premier Bintaro, Jefri Sukmawan, dan dosen Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Sapto Adji.
Penyebab cedera sendi bahu terbagi dalam dua tipe, yaitu trauma makro dan trauma mikro. Trauma makro terjadi saat bahu terbentur kuat dalam waktu singkat. "Trauma mikro terjadi ketika sendi bahu terjepit dan pelan-pelan tergerus dalam waktu panjang," kata Jefri.
Masalah lain yang sering terjadi pada bahu, antara lain instabilitas. Itu menyebabkan sendi bahu jadi longgar dan terjadi dislokasi. "Semakin muda pasien mengalami dislokasi, kebutuhan tindakan semakin tinggi untuk mencegah redislokasi di kemudian hari," tutur Jefri.
Selain instabilitas, cedera bahu yang sering terjadi adalah cedera tendon akut. Cedera itu lazim terjadi pada kaum muda di bawah 40 tahun dan disebabkan aktivitas fisik, baik olahraga maupun mengangkat barang berat. Pemanasan cukup sebelum berolahraga menjadi penting untuk mencegah cedera.
Ada pula cedera tendon kronis yang biasanya terjadi pada usia 40-50 tahun.
Cedera tendon sering dialami atlet yang menggunakan bahu sebagai alat gerak utama, antara lain atlet tenis, atlet basket, dan atlet sofbol. Fase deselerasi pada proses melempar bola yang berlebihan berpotensi merusak tendon.
Menurut Sapto Adji, penyembuhan cedera bahu bisa dengan metode non-operatif dan metode pembedahan. Metode non-operatif melalui obat dan fisioterapi, sementara pembedahan dengan teknik konvensional atau invasi. "Teknik invasi lebih baik karena lebih mudah dan bekas luka lebih cepat pulih," tuturnya. (C08)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul "Jangan Sepelekan Beban dalam Tas".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.