Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengobatan Kanker Peserta BPJS Mencapai Rp 2,5 Triliun

Kompas.com - 12/04/2016, 14:30 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kanker merupakan penyakit nomor tiga yang menghabiskan biaya tinggi setelah jantung dan gagal ginjal. Sangat sedikit warga masyarakat yang mampu membiayai kanker seorang diri.

Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany mengungkapkan, data klaim BPJS Kesehatan untuk penyakit kanker tahun 2014 sebanyak 315.580 dan naik menjadi 500.000 klaim tahun 2015.

"Pasien kanker peserta JKN menghabiskan dana Rp 1,7 triliun tahun 2014 dan sekitar Rp 2,5 triliun tahun 2015," ujar Hasbullah dalam acara Diseminasi Hasil Studi ACTION di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (11/4/2016).

Biaya pengobatan yang dikeluarkan mulai dari deteksi dini, operasi, rawat inap, rawat jalan, obat-obatan, kemoterapi dan radioterapi, serta berbagai terapi tambahan untuk pemulihan.

Kehadiran BPJS Kesehatan memang sangat membantu, namun belum semua obat kanker dan terapi ditanggung oleh BPJS.

Terlepas dari biaya pengobatan, keluarga pasien kanker juga membutuhkan biaya transportasi, tempat tinggal sementara, dan makan sehari-hari selama menemani pasien.

Hal ini disebabkan tidak meratanya rumah sakit dan dokter yang mampu menangani pasien kanker di seluruh wilayah Indonesia. Banyak pasien dari daerah yang harus dirujuk ke Jakarta untuk melanjutkan pengobatan.

Berdasarkan hasil studi ACTION (Asean Cost in Oncology) di Indonesia, sebanyak 67 persen pasien kanker mengalami ketidakmampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, seperti membayar tagihan listrik, air, telepon, bahkan membeli makanan.

Sebanyak 55,4 persen pasien kanker juga mengalami kesulitan ekonomi setelah terdiagnosis.

Menurut Hasbullah, kebutuhan biaya di luar pengobatan juga harus dipikirkan untuk membantu mengurangi beban biaya keluarga.

"Social support system kita di daerah sangat kurang. Pemerintah harus menggalakkan banyak support system," kata Hasbullah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau