JAKARTA, KOMPAS.com - Baik pria maupun wanita berisiko terkena hipertensi. Namun, pada wanita terdapat tambahan faktor risiko hipertensi, yaitu saat hamil dan menopause.
Pakar hipertensi dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP (K), FIHA, mengungkapkan, saat hamil bisa terjadi hipertensi kronik dan hipertensi gestasional, yaitu tekanan darah di atas 140/90 mmHg.
Pada hipertensi kronik, umumnya terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu atau menetap lebih dari 12 minggu setelah melahirkan.
"Pada ibu hamil tidak boleh kasih obat antihipertensi sembarangan. Jika terjadi penurunan tekanan darah yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan perfusi plasenta yang memperburuk prognosis perinatal," terang Ann dalam diskusi di Jakarta, Rabu (18/5/2016).
Sementara itu, hipertensi gestasional bisa terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Penyebabnya hingga kini belum diketahui dengan pasti.
Ann mengungkapkan, sekitar 50 persen pasien hipertensi gestasional bisa berkembang menjadi pre-eklampsia pada usia kehamilan 24-35 minggu. Pre-eklampsia bisa menyebabkan bayi lahir prematur.
Ann mengatakan, prevalensi ibu hamil dengan hipertensi mencapai 2,1 persen. Di dunia, prevalensi hipertensi pada kehamilan sekitar 12-18 persen dan mengakibatkan kematian perinatal 20-25 persen.
Bagaimana dengan faktor risiko hipertensi saat menopause? Ann menjelaskan, menopause menyebabkan wanita mengalami penurunan produksi estrogen. Hal ini mengakibatkan kekakuan dinding arteri hingga akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
"Jadi wanita itu memiliki risiko yang unik dan khusus dalam hubungannya dengan hipertensi," kata Ann.
Ann mengingatkan para wanita untuk rutin mengontrol tekanan darahnya dan menjaga pola makan sehat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.