KOMPAS.com - Anak-anak sekarang cenderung mengalami masa pubertas lebih awal. Pada anak perempuan, banyak yang sudah mulai pubertas di usia 6-7 tahun.
Menurut Dr.Frank Biro, dokter anak dari Cininnati Children's Hospital Medical Center, kecenderungan pubertas dini bukan hanya dialami anak perempuan tapi juga anak laki-laki.
"Secara umum, usia 7 tahun kini dianggap sebagai usia normal seorang anak menunjukkan tanda-tanda pubertas," kata Louise Greenspan, dokter endokrinologi anak.
Pubertas terlalu dini atau disebut juga dengan pubertas prococious merupakan istilah medis untuk pubertas yang terjadi sebelum anak perempuan berusia 8 tahun dan anak laki-laki usia 9 tahun.
Di Indonesia, fenomena pubertas dini juga terjadi. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2010, sekitar 5,2 persen dari populasi anak di 17 provinsi di Indonesia mengalami masa haid pertama (menarche) sebelum 12 tahun.
Indonesia menempati urutan ke-15 dari 67 negara dengan penurunan usia haid pertama 0,145 tahun per dekade.
Dampak dari pubertas yang terlalu dini ini bervariasi. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics menunjukkan, anak yang mengalami pubertas dini beresiko tinggi mengalami depresi.
Pertumbuhan organ seks sekunder dan juga organ reproduksi saat pubertas bisa membuat anak merasa berbeda dengan teman-teman sebayanya. Mereka jadi rentan mengalami masalah emosional seperti bingung, dan stres. Pendampingan dari orangtua sangat penting pada fase perkembangan anak ini.
Dalam jangka panjang, pubertas dini juga membuat mereka beresiko mengalami obesitas, diabetes tipe dua, dan kanker payudara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.