Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/07/2016, 19:11 WIB
Lily Turangan

Penulis

Sumber SELF

KOMPAS.com - Kurangnya kelembaban di area intim wanita bisa membuat kehidupan sehari-hari dan urusan seks menjadi muram. Vagina kering biasa dialami oleh wanita menopause, karena tingkat estrogen mereka berkurang. Namun, vagina kering juga bisa dialami oleh wanita pada usia berapapun.

Jika Anda mengalaminya, kemungkinan besar itu masalah hormon, terutama hormon estrogen. "Jaringan di vulva dan vagina memiliki testosteron dan reseptor estrogen. Ini artinya, area itu sensitif terhadap dua hormon tersebut. Keberadaan dua hormon tersebut akan mendorong aliran darah ke jaringan area intin," jelas Tami Rowen, M.D. dokter kebidangan dan kandungan di UCSF Medical Center.

Apapun yang menurunkan jumlah estrogen yang beredar di tubuh Anda akan mengurangi aliran darah ke jaringan, sehingga terjadi kekeringan baik di dalam vagina atau di vulva.

Langkah pertama untuk memerbaiki kondisi ini adalah dengan mengetahui secara pasti penyebabnya. Berikut adalah alasan mengapa vagina Anda menjadi kering.


1. Menopause

Ketika tingkat estrogen Anda turun drastis saat menopause, jaringan di vagina menjadi tipis, kurang elastis, dan kering, jelas Rowen.

Gejala menopause berupa perubahan di daerah genital disebut sindrom genitourinari menopause, yang dulu disebut vagina atrofi. Meskipun biasanya kondisi ini baru ada setelah usia 45 tahun ke atas, ada beberapa wanita yang mengalami menopause dini saat usianya baru 30-an atau bahkan 20-an.


2. Metode kontrasepsi hormonal

Anda yang baru beralih ke pil KB, mungkin akan merasakan kekeringan pada vagina. Tapi, ini tidak terjadi pada semua orang, hanya pada beberapa wanita.

"Kandungan hormon di dalam pil KB meniru paruh kedua siklus menstruasi, di mana saat itu hormon progesteron menjadi dominan dan estrogen menjadi rendah. Seperti telah disebutkan, kadar hormon estrogen yang rendah akan menyebabkan kekeringan pada area intu,," kata Rowen lagi.

Anda bisa menggunakan alternatif metode KB non-hormonal untuk menghindari risiko ini, seperti misalnya IUD tembaga atau pil progestin.


3. Sedang menyusui

Kelenjar pituitari bertugas untuk merilis prolaktin, hormon yang memberitahu tubuh Anda agar menghasilkan ASI.

"Tingginya kadar prolaktin akan menekan ovarium agar tidak memroduksi estrogen," jelas Rowen. Tingginya prolaktin, selain menyebabkan kadar estrogen turun, juga akan membuat kadar progesteron meningkat.


4. Kondisi kesehatan tertentu

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau