Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/08/2016, 18:41 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Dalam sebuah survei yang melibatkan lebih dari 1.000 pengemudi dewasa yang disponsori oleh AT & T, hampir semua, atau sekitar 98% pengemudi dewasa, mengatakan mereka tahu bahwa menggunakan ponsel—menulis pesan dan menelpon—saat mengemudi adalah perbuatan yang salah. Tetapi hampir setengah lebih mengaku tetap melakukannya.

Para pakar mengatakan, kesenangan yang didapatkan dari ponsel ini mirip dengan makan, minum dan seks, sehingga mengabaikan ponsel kadang terasa begitu sulit.

David Greenfield, pendiri Center for Internet and Technology Addiction, mengatakan bahwa sifat adiktif smartphone ada hubungannya dengan bagaimana otak kita secara naluriah merespon bunyi notifikasi, yang menandakan ada teks masuk atau update media sosial.

Laura Maurer, seorang ibu dua anak mengalami pengalaman buruk yang mengubah hidupnya akibat menggunakan ponsel saat menyetir. Awalnya ia menepikan mobil untuk membalas teks klien dan kemudian menyetir kembali. Dia mencoba untuk mengabaikan bunyi notifikasi selanjutnya, tapi akhirnya ia tidak bisa menahan itu.

Dengan hanya melirik telepon, Maurer akhirnya menabrak seorang petani berusia 75 tahun dan nyawa sang kakek tak terselamatkan.

"Alasan mengapa dia melirik notifikasi, karena ia merasa ada dorongan sangat kuat untuk menjawabnya," kata Greenfield, yang juga merupakan asisten profesor klinis psikiatri untuk University of Connecticut School of Medicine.

Smartphone dapat memengaruhi otak, bahkan ketika kita tidak menyadarinya. Ketika kita mendengar notifikasi dari teks yang masuk, otak kita mendapatkan semprotan dopamin, zat kimia yang mengarah ke peningkatan gairah dan energi dalam otak.

Dan pertanyaan “siapa yang mengontak saya? Apakah ini penting?” mampu menyebabkan ledakan yang lebih tinggi dari dopamin.

Padahal, jawaban dari pertanyaan itu secara logis adalah “tidak”. Notifikasi tersebut masih dapat menunggu hingga Anda sampai tujuan dan memarkir mobil.

"Pusat-pusat dopamin adalah pusat yang sama yang mengatur kesenangan dari makan, kesenangan dari seks dan kreasi, kesenangan dari narkoba dan alkohol," kata Greenfield.

"Multitasking adalah ilusi," kata Greenfield. “Ada banyak penelitian yang telah membuktikan, bahwa seluruh konsep dari multitasking benar-benar sedikit ilusi. Anda benar-benar tidak dapat fokus dalam 2 hal sekaligus."

Pikirkan tentang hal ini untuk jangka panjang, kata Despina Stavrinos, direktur University of Alabama di laboratorium mengemudi terdistraksi.

"Jadi, jika Anda mengemudi setiap hari, mengirim pesan teks, dan tidak ada yang terjadi, hal itu akan memperkuat anggapan, ‘Hei, aku bisa melakukan ini. Saya seorang multitasker cukup bagus,'" kata Stavrinos.

"Masalahnya adalah, ketika ada beberapa bahaya yang tak terduga muncul dan Anda tidak dapat merespon dengan tepat, hal tersebut bisa berakibat fatal, baik bagi diri sendiri dan orang lain."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau