KOMPAS.com - Badan kurus, tetapi perut buncit? Bukan berarti Anda terbebas dari risiko penyakit seperti orang obesitas.
Menurut penelitian terbaru yang dipublikasikan di Journal of American College of Cardiology, tumpukan lemak di balik perut menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Hasil penelitian menunjukkan, risiko penyakit tersebut lebih besar pada orang-orang yang memiliki timbunan lemak di perut, dibanding timbunan lemak di daerah lain di tubuh.
Penelitian ini melibatkan 1.106 orang dewasa berusia sekitar 45 tahun. Para peneliti menghitung jumlah lemak di perut masing-masing responden. Setelah mengamati selama 6 tahun, peneliti menemukan peningkatan jumlah lemak berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskular.
Selain itu, ekstra lemak juga dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, trigliserida tinggi, dan sindrom metabolik.
"Yang benar-benar menarik adalah penelitian menunjukkan, peningkatan jumlah lemak perut dan lemak densitas rendah dikaitkan dengan faktor risiko penyakit jantung," ujar Caroline Fox, peneliti senior yang pernah melakukan penelitian di US National Heart, Lung, dan Blood Institute.
Penelitian juga menunjukkan, mereka yang jumlah lemak di perutnya tinggi, berisiko mengalami peningkatan gula darah, dan rendahnya tingkat kolesterol HDL.
Namun, menurut peneliti, meski lemak di perut berkaitan dengan penyakit kardivaskular, bukan berarti lemak di perut selalu menyebabkan penyakit jantung. Perlu adanya penelitian lebih lanjut.
Peneliti mengatakan, menghitung jumlah lemak di tubuh, termasuk di perut dapat dilakukan dengan mengukur indeks massa tubuh. Idealnya, lingkar perut wanita tak lebih dari 80 cm dan pria tak lebih dari 90 cm.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.