KOMPAS.com - Terapi oksigen saat ini sedang digemari di Amerika Serikat. Banyak atlet dan pendaki gunung mengaku mendapatkan manfaat dari terapi ini. Apakah benar menghirup ekstra oksigen dapat memengaruhi performa olahraga, mengobati kelelahan, jet lag dan hangover?
Apakah terapi oksigen itu?
Terapi ini memasang masker wajah, memasukkan tube di hidung bernama cannula. Terapi terbaru menyediakan spray untuk mulut. Dari situ kita menghirung oksigen terkonsentrasi.
"Secara medis, terapi oksigen digunakan mengobati penyakit seperti penyakit paru obstruktif kronik. Tetapi belakangan ini kita melihat terapi ini digunakan untuk atlet setelah latihan intensif atau pendaki gunung saat berada di pegunungan," kata Norman H. Edelman, MD, penasihat ilmiah senior untuk American Lung Association.
Penggemar terapi ini mengaku terapi oksigen membantu mereka bernapas lebih baik setelah olahraga, meningkatkan energi, fokus, dan mempercepat pemulihan dari jet lag dan hangover.
Apakah ada manfaatnya?
"Terapi ini dapat bermanfaat di tempat di ketinggian seperti pegunungan tinggi," kata Michael Feitas, MD, dokter kesehatan olahraga di UB MD Orthopaedics and Sports Medicine di Buffalo, AS.
Tubuh kita secara khas membutuhkan waktu satu minggu menyesuaikan diri di tempat dengan ketinggian. Sebelum menyesuaikan diri, ketika berada di tempat dengan ketinggian seperti di pegunungan Himalaya membuat kita sulit tidur, pusing, muntah-muntah. Tambahan oksigen dapat meringankan gejala ini tetapi belum ada bukti terapi oksigen memberi manfaat lebih dari itu.
"Di ketinggian normal, darah kita hampir jenuh dengan oksigen," kata Edelman. Jadi bagaimana dengan oksigen untuk meningkatkan kinerja atlet? Diduga itu merupakan efek plasebo.
Apakah terapi oksigen ini aman?
Pada dasarnya, terapi itu aman. "Tetapi jauhi oksigen yang diberi "rasa" yang mungkin dicampur minyak aromatik," kata Edelmen.
"Menghirup segala jenis minyak berbahaya. Tetesan minyak itu dapat masuk ke paru-paru, di mana dapat memicu penyakit pernapasan serius yang disebut lipoid pneumonia," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.