Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/11/2016, 17:45 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Resistensi antibiotik atau antimikroba adalah kondisi di mana bakteri tak lagi mempan diobati dengan antibiotik. Kondisi tersebut dipicu oleh kebiasaan mengonsumsi antibiotik dengan tidak tepat.

Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba ( KPRA) Kementerian Kesehatan RI, dr. Harry Parathon , SpOG mengatakan, resistensi antibiotik membuat pasien menjadi sulit sembuh saat terinfeksi.

Harry mencontohkan, ada pasien yang menjalani operasi caesar. Namun, bekas jahitannya tak juga sembuh karena sudah terinfeksi bakteri yang resisten. Akibatnya, jahitan tersebut terus menjadi luka terbuka meski telah dijahit berulang kali.

"Sudah tidak ada antibiotik yang bisa mengatasi bakterinya. Jadi ya pemakaian antibiotik dihentikan karena sudah enggak mempan. Mau operasi canggih kayak apapun belum ada yang mempan kalau sudah resistensi," kata Harry dalam diskusi memeringati Pekan Antibiotik Sedunia di Jakarta, Selasa ( 22/11/2016).

Harry menuturkan, resistensi antibiotik menyebabkan biaya pengobatan jadi lebih tinggi dan pasien akan lebih lama dirawat di rumah sakit. Misalnya, operasi caesar biasanya pulih dalam waktu tiga hari, tapi pada pasien yang telah resistensi antibiotik bisa berbulan-bulan dirawat di rumah sakit. Pada akhirnya, resistensi antibiotik bisa menyebabkan kematian.

Penanganan pasien yang telah mengalami resistensi antibiotik pun harus dilakukan secara khusus. "Pasien yang resistensi antibiotik diisolasi karena bisa terjadi transmisi bakteri resisten ke pasien lain," jelas Harry.

Ia mengatakan, resistensi antibiotik akan menjadi masalah terbesar di dunia, termasuk di Indonesia jika tidak diatasi bersama.

Tahun 2013, WHO mencatat ada 700 ribu kematian per tahun karena resistensi antibiotik. Tahun 2050, diperkirakan meningkat jadi 10 juta kematian per tahun.

Resistensi antibiotik bisa disebabkan oleh pemakaian antibiotik yang berlebihan, baik pada manusia maupun hewan ternak. Harry mengingatkan, hanya penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang boleh diberikan antibiotik, tapi faktanya banyak penyakit yang dipicu oleh virus namun diobati antibiotik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau