Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/12/2016, 09:46 WIB

KOMPAS.com - Selama 150 tahun, Nestle menjadi merek produk-produk yang dikenal bergizi dan lezat bagi konsumennya. Semua itu berawal dari inovasi Henri Nestle yang membuat produk makanan bayi "Farine Lactee" bagi seorang bayi yang terlahir prematur dan sakit.

Makanan bayi kalengan tersebut dibuat di Swiss tahun 1867 dan berhasil menyelamatkan hidup bayi-bayi yang malnutrisi. Kemudian mulai tahun 1929, produk yang di Indonesia dikenal dengan Cerelac itu mulai difortifikasi dengan vitamin dan seiring waktu terus mendapat penyempurnaan, termasuk menjadi pionir dalam makanan bayi yang ditambahkan probiotik.

Kini, bubur bayi tersebut telah dikonsumsi satu miliar sajian setiap harinya di seluruh dunia.

"Selama 150 tahun kami terus membangun generasi yang sehat melalui produk bergizi dan lezat," kata Head of Corporate Communication Nestle Indonesia Nur Shilla Christianto, dalam peringatan acara 150 Tahun Nestle di Jakarta beberapa waktu lalu.

Bukan hanya produk makanan bayi, Nestle kini dikenal sebagai produsen minuman, makanan, susu, permen, cokelat, dan masih banyak lagi. Variasi produknya mencapai 2.000-an jenis dan telah dipasarkan di 85 negara di dunia, termasuk Indonesia.

Shilla menjelaskan, tidak semua produk Nestle masuk ke Indonesia, karena produk yang dipasarkan akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya, terutama status gizi masyarakatnya. "Paling tidak untuk produk yang ditujukan untuk anak-anak harus memenuhi nutrisi dasar," katanya.

Menurut Shilla, kebutuhan gizi yang berbeda pada setiap tahapan kehidupan juga menjadi pertimbangan inovasi Nestle. Dengan inovasi produk kesehatan, Nestle ingin berkontribusi membantu berbagai tantangan terkait masalah nutrisi, misalnya kurang gizi atau pun obesitas.

Terkait obesitas, Shilla mengatakan bahwa setiap tahun Nestle berkomitmen untuk menurunkan jumlah gula, garam, dan lemak jenuh, tanpa mengorbankan rasanya. "Kami juga tetap memperkaya produk dengan vitamin, mineral dan serat," katanya.

Selain menciptakan produk bergizi dan lezat, di Indonesia Nestle juga menyediakan beragam layanan informasi seputar kesehatan dan nutrisi, misalnya lewat website atau customer care untuk mendorong masyarakat memiliki pola makan dan gaya hidup yang sehat.

Kompas.com/Lusia Kus Anna Salah seorang pengunjung anak-anak di Breakfast Zone dalam pameran Perayaan 150 Tahun Nestle di Jakarta (12/11/2016).
Status gizi

Pola makan merupakan perilaku terpenting yang dapat memengaruhi keadaan gizi. Kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang akan menentukan asupan gizi yang masuk dalam tubuh sehingga memengaruhi kesehatan.

Setiap orang membutuhkan nutrisi yang spesifik untuk dapat mencapai status gizi dan status kesehatan optimal. Kebutuhan gizi saat ibu sedang dan menyusui saja sudah berbeda, terlebih lagi saat anak usia bayi dan mulai masuk usia sekolah.

"Seiring bertambahnya usia, kebutuhan gizi seseorang juga akan berubah. Beragam faktor dapat menjadi penentu asupan energi, protein, lemak, vitamin dan mineral tertentu," kata Dr.Fiastuti Witjaksono, spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Selama kehamilan, makanan yang diasup calon ibu harus memenuhi kebutuhan janinnya. "Bukan berarti makan dua kali lipat, tapi jumlah kalori dan proteinnya ditambah. Apa yang ibu asup akan memengaruhi optimal tidaknya kesehatan seseorang di usia dewasa," ujarnya dalam acara yang sama.

Agar anak memiliki organ tubuh prima dan sempurna, diperlukan pola asuh dan pola makan yang baik. Saat anak usia 0-6 bulan, Fiastuti menyarankan agar ibu memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif. ASI menyediakan kebutuhan energi dan zat gizi bagi bayi. Saat ini ibu perlu asupan gizi tinggi dan lengkap untuk penuhi kebutuhan bayi.

"Di usia balita, pertumbuhannya berlangsung cepat. Karena itu butuh nutrisi yang lengkap. Kalau sampai kekurangan, misalnya kurang energi dan protein, maka ia akan mengalami banyak ketertinggalan," ujar Fiastuti.

Pertumbuhan anak-anak di atas usia 5 tahun cenderung datar, namun saat memasuki usia remaja akan terjadi percepatan pertumbuhan tahap dua sehingga anak membutuhkan nutrisi tertentu. "Terutama lemak karena mereka butuh untuk hormon dan juga zat besi dan folat pada remaja putri," paparnya.

Dengan terpenuhinya gizi yang seimbang dalam setiap tahapan kehidupan, bukan hanya akan meningkatkan kemampuan belajar yang baik pada anak, tidak mudah sakit, tapi juga memberikan dampak positif untuk kesehatannya di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau