Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hiperlaktasi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

KOMPAS.com - Ibu menyusui selalu punya banyak tantangan tersendiri. Banyak ibu yang mengeluhkan produksi air susu yang terlalu sedikit atau macet.

Namun, tak jarang pula ibu menyusui mengalami produksi ASI berlebih. Bahkan produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.

Kondisi produksi ASI berlebih ini dikenal juga dengan istilah sindrom hiperlaktasi.

Sekilas mungkin produksi ASI yang banyak ini terlihat seperti anugerah. Padahal, kondisi ini juga dapat menjadi tantangan yang cukup berat bagi ibu dan bayi pada proses menyusui.

Masalahnya bukan terletak pada pemenuhan ASI bagi si buah hati, tapi pada proses menyusui itu sendiri.

Tak jarang kondisi hiperlaktasi membuat si kecil tersedak saat menyusu. Selain itu, kondisi ini juga bisa menyakitkan bagi sang ibu karena pengeluaran ASI tidak sempurna.

Lebih jauh lagi, ASI berlebih bisa menyebabkan infeksi payudara atau mastitis dan abses payudara.

Gejala hiperlaktasi

Beberapa gejala yang bisa menjadi tanda hiperlaktasi di antaranya:

Pada ibu

  • Payudara terasa sangat penuh atau keras hampir sepanjang waktu
  • Payudara sakit dan ASI menetes
  • Anda mungkin memiliki puting yang sakit
  • Anda mungkin sering mengalami pembengkakan dan saluran yang terhubung, yang dapat menyebabkan mastitis

Pada bayi

  • Bayi kesulitan mempertahankan pelekatan selama menyusu
  • Menyemprotkan susu saat bayi lepas dari payudara, terutama pada awal menyusui
  • Bayi sering batuk, tersedak, dan berdesis saat menyusu
  • Bayi mungkin menekan/ menggigit puting susu saat menyusui
  • Bayi mungkin melengkung menjauh dari payudara, kadang-kadang rewel atau menangis
  • Menyusui bisa terasa seperti pertempuran, karena bayi tidak pernah rileks di payudara
  • Bayi mungkin cepat kenyang sehingga menyusu mungkin singkat
  • Bayi mungkin kembung dan cegukan akibat banyak gas terperangkap dalam perut
  • Bayi mungkin sering mengeluarkan banyak ASI
  • Bayi mungkin memiliki tinja berwarna hijau, berair atau berbusa
  • Bayi mungkin mengalami kenaikan berat badan dengan cepat karena mengonsumsi susu dalam jumlah besar
  • Bayi mungkin mengalami kenaikan berat badan lebih lambat dari rata-rata karena sulit menyusui secara efektif

Penyebab

Ada beberapa penyebab dari kondisi ini seperti dilansir dari Mayo Clinic.

1. Manajemen menyusui yang kurang tepat

Produksi ASI selalu berkaitan dengan supply and demand. Artinya, produksi ASI berkaitan dengan rangsangan dari luar.

Manajemen menyusui yang kurang tepat dapat menimbulkan kondisi hiperlaktasi. Misalnya saja, Anda terlalu sering memerah ASI.

Hal tersebut direspons oleh tubuh dan otak sebagai peningkatan kebutuhan. Inilah yang kemudian menyebabkan produksi ASI terlalu banyak.

Selain itu, pelekatan yang tidak tepat sehingga pengosongan payudara kurang sempurna juga bisa menjadi penyebabnya.

Payudara yang tidak dikosongkan dengan sempurna membuat tubuh merespons dengan peningkatan jumlah ASI.

2. Kelebihan hormon prolaktin dalam darah

Hormon prolaktin adalah hormon yang merangsang produksi ASI. Ketika hormon ini berlebih dalam darah maka terjadi hiperprolaktinemia yang mengakibatkan hiperlaktasi.

3. Kecenderungan bawaan

ASI diproduksi dan disimpan dalam kelenjar alveoli sebelum melewati saluran payudara diteruskan ke puting susu hingga akhirnya sampai pada bayi.

Jumlah kelenjar alveoli setiap perempuan berbeda-beda. Pada perempuan dengan jumlah kelenjar yang cukup banyak bisa menyebabkan hiperlaktasi.

4. Konsumsi obat-obatan

Beberapa jenis obat-obatan dapat menyebabkan hiperlaktasi. Ini karena obat-obatan tersebut memicu terjadinya perubahan kadar hormon yang kemudian menghasilkan jumlah susu berlebih.

Cara mengatasi hiperlaktasi

Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, Anda bisa berkonsultasi pada konsultan laktasi. Selain itu, Anda bisa melakukan beberapa cara berikut ini.

https://health.kompas.com/read/2020/08/02/180500968/hiperlaktasi--gejala-penyebab-dan-cara-mengatasi

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke