KOMPAS.com - Sleep paralysis atau di Indonesia sering dikenal sebagai fenomena tindihan adalah perasaan tidak bisa bergerak, baik pada awal tidur atau saat bangun.
Indra dan kesadaran individu masih utuh, tetapi mereka mungkin merasa seolah-olah ada tekanan pada tubuh mereka, atau seolah-olah mereka tersedak.
Ini mungkin disertai dengan halusinasi dan ketakutan yang intens.
Melansir dari Medical News Today, sleep paralysis tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan kecemasan.
Kondisi ini bisa terjadi bersamaan dengan gangguan tidur lainnya, seperti narkolepsi.
Ini sering dialami selama masa remaja dan dapat sering terjadi pada usia 20-an dan 30-an.
Kendati demikian, kondisi ini tidak berisiko yang serius.
Sleep paralysis adalah parasomnia, atau peristiwa yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan tidur.
Itu terjadi tepat setelah tertidur atau saat bangun di pagi hari, di antara waktu bangun dan tidur.
Episode sering disertai dengan pengalaman hypnagogic, yaitu halusinasi visual, auditori, dan sensorik.
Ini terjadi selama transisi antara tidur dan bangun, serta secara konsisten terjadi dalam salah satu dari tiga kategori:
Pengalaman ini telah didokumentasikan selama berabad-abad.
Orang-orang dari budaya yang berbeda memiliki pengalaman yang sama.
Sleep paralysis singkat dan tidak mengancam jiwa, tetapi orang tersebut mungkin mengingatnya sebagai hal yang menghantui dan mengerikan.
Penyebab
Saat tidur, tubuh rileks, dan otot-otot sukarela tidak bergerak.
Sleep paralysis melibatkan gangguan atau fragmentasi dari siklus tidur gerakan mata cepat (REM).
Tubuh bergantian antara gerakan mata cepat (REM) dan gerakan mata tidak cepat (NREM).
Satu siklus REM-NREM berlangsung sekitar 90 menit dan sebagian besar waktu yang dihabiskan untuk tidur adalah dalam NREM.
Selama NREM, tubuh rileks.
Selama REM, mata bergerak cepat, tetapi tubuh rileks.
Mimpi terjadi pada saat ini.
Dalam sleep paralysis, transisi tubuh ke atau dari tidur REM tidak sinkron dengan otak.
Kesadaran orang tersebut terjaga, tetapi tubuh mereka tetap dalam keadaan tidur yang lumpuh.
Area otak yang mendeteksi ancaman berada dalam kondisi tinggi dan terlalu sensitif.
Faktor-faktor yang telah dikaitkan dengan sleep paralysis antara lain:
Sleep paralysis dapat menjadi gejala masalah medis, seperti depresi klinis, migrain, apnea tidur obstruktif, hipertensi, dan gangguan kecemasan.
Gejala
Tanda dan gejala dari sleep paralysis antara lain:
Suara, sensasi, dan rangsangan lain yang tidak mengancam setiap hari yang biasanya diabaikan oleh otak menjadi signifikan secara tidak proporsional.
Penanganan
Tidak ada pengobatan khusus untuk sleep paralysis, tetapi manajemen stres, menjaga jadwal tidur yang teratur, dan mengamati kebiasaan tidur yang baik dapat mengurangi kemungkinan tersebut.
Strategi untuk meningkatkan kebersihan tidur meliputi:
Cara lain yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Memahami fisiologi tidur dan mekanisme sleep paralysis merupakan langkah penting untuk mengatasinya.
Stres yang berkelanjutan dan gangguan dalam siklus tidur dapat memiliki implikasi kesehatan yang serius.
https://health.kompas.com/read/2021/07/18/193100668/bukan-diganggu-jin-inilah-penyebab-tindihan