Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal MSG dan Dampaknya Bagi Kesehatan

KOMPAS.com- MSG atau monosodium glutamat merupakan zat yang biasa ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan rasa.

Zat ini akrab digunakan dalam masakan di Asia dan telah digunakan selama seabad lebih.

Meskipun banyak institusi dan ahli mengatakan bahwa MSG aman dikonsumsi, ada beberapa pihak yang menganggap MSG berdampak buruk bagi kesehatan.

Lalu, mengapa hal ini terjadi? Berikut seluk beluk terkait MSG.

Apa itu MSG?

Melansir dari Healthline, MSG pada dasarnya berasal dari asam glutamat yang merupakan asam amino yang tersedia secara melimpah di alam.

Asam glutamat merupakan asam amino non-esensial yang dapat diproduksi oleh tubuh.

Asam ini dapat berguna untuk meningkatkan fungsi tubuh dan terdapat dalam banyak makanan.

Bentuk dari MSG biasanya berupa bubuk krital putih, menyerupai garam meja.

Asal glutaman dalam MSG tersusun dari fermentasi pati, tetapi memiliki unsur kimia yang sama dengan asam glutamat alami.

Meski demikian, pada dasarnya, MSG lebih cepat diserap tubuh karena tidak terikat dalam molekul protein besar yang perlu dipecah tubuh.

MSG dapat meningkatkan rasa gurih dan umami dari makanan.

Umami merupakan rasa dasar kelima, setelah asin, asam, pahit, dan manis.

Adapun asam glutamat dapat berfungsi merangsang sel-sel saraf untuk menyampaikan sinyalnya.

MSG Aman dikonsumsi

Ada banyak kontroversi terkait penggunaan MSG.

Ada yang menganggap bahwa MSG dapat berdampak negatif bagi tubuh, tetapi ada pula yang mengatakan sebaliknya.

Anggapan adanya dampak negatif bagi tubuh brasal dari penelitian tahun 1969 yang dilakukan oleh JW Olney.

Dalam penelitian tersebut, ia menyuntikkan MSG dalam dosis besar ke tikus yang baru lahir dan menimbulkan efek neurologis yang berbahaya.

Setelah itu, banyak buku yang bermunculan mengenai hal tersebut, seperti buku Excitotoxins: The Taste That Kills karya Russell Blaylock.

Hal ini membuat banyak pihak takut akan penggunaan MSG.

Namun, penelitian tersebut telah dibantah.

Penelitian tahun 2009 dengan judul "The blood-brain barrier and glutamate" melihat bahwa konsumsi MSG tidak berpengaruh pada otak karena tidak dapat melewati sawar darah otak dalam jumlah besar.

Dari penelitian tersebut, secara keseluruhan tidak ada bukti kuat bahwa MSG dapat bertindak sebagai esitotoksin bila dikonsumsi dalam jumlah normal.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa MSG tidak memiliki dampak buruk bagi kesehatan dan aman apabila dikonsumsi dalam jumlah wajar.

Kemudian, ulasan berjudul Monosodium Glutamat: How to Use It Properly keluaran Anguis Institute For Health Education pun mengatakan hal yang sama.

Dari berbagai penelitian yang di-review, para penulis mengatakan bahwa belum ada bukti penelitian yang kuat mengenai efek negatif MSG bagi kesehatan.

Penelitian sebelumnya yang melihat efek negatif MSG terhadap hewan masih dianggap lemah dan perlu penelitian lebih lanjut.

Orang sensitif terhadap MSG

Meski demikian, ada beberapa orang yang sensitif terhadap MSG.

Sebuah ulasan tahun 2019 berjudul "A review of the alleged health hazards of monosodium glutamate" menyebutkan bahwa beberapa orang telah melaporkan hipersensitif terhadap MSG.

Selain itu, melansir dari Medical News Today, Pusat Alergi dan Sinus New York telah menyatakan bahwa beberapa orang yang sensitif terhadap MSG melaporkan beberapa gejala berikut:

  • kembung
  • gas
  • diare
  • sakit kepala
  • sakit perut
  • kulit kesemutan

Namun, beberapa gejala tersebut berdasarkan laporan dari masyarakat sehingga perlu penelitian lebih lanjut tentang sensitivitas MSG.

Meskipun demikian, jika seseorang merasa sensitif terhadap MSG atau merasakan gejala setelah mengonsumsi makanan yang mengandung MSG, sebaiknya berhenti mengonsumsinya.

https://health.kompas.com/read/2021/08/31/190000868/mengenal-msg-dan-dampaknya-bagi-kesehatan

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke