KOMPAS.com - Baru-baru ini, sebuah video viral di media sosial. Video tersebut menunjukkan sepasang wanita dan pria yang mengalami gancet. Lalu, apa itu gancet?
Gancet merupakan istilah yang mendeksripsikan kondisi ketika penis tersangkut di dalam vagina saat sedang berhubungan seksual.
Menurut dokter kandungan dr. Yassin Yanuar, Sp.OG., istilah medis dari gancet adalah penis captivus, yakni kondisi ketika penis terjepit saat penetrasi akibat adanya kontraksi atau kaku kejang pada dinding vagina.
"Saya enggak tahu istilahnya apa di negara lain, tapi kalau bahasa Latinnya penis captivus. Suatu kondisi di mana penis terjebak atau terjepit di liang vagina akibat adanya kontraksi atau kaku kejang pada dinding vagina. Nah, sepertinya itu yang dimaksud masyarakat dengan gancet itu," jelasnya.
Masih anekdot medis
Meskipun ada istilah medis, menurut Yassin, secara medis kondisi ‘gancet’ masih disebut sebagai anekdot medis atau belum bisa dibuktikan secara medis.
Hal ini disebabkan, belum ada penelitian ilmiah yang dapat menjelaskan mengenai kondisi ini.
“Sebenarnya kondisi ini kalau ditelaah secara medis masih dianggap anekdot. Belum ada laporan medis atau jurnal penelitian yang bisa mengonfirmasikan kondisi itu,” tuturnya saat diwawancarai Kompas.com, Senin (13/09) lalu.
Di sisi lain, kondisi gancet sering kali dikaitkan dengan vaginismus, yakni kondisi ketika otot dinding vagina mengalami kekakuan secara involunter atau tidak sadar.
Kondisi tersebut membuat wanita sulit saat berhubungan seksual. Hal ini menyebabkan penis tidak dapat melakukan penetrasi ke dalam vagina.
Meskipun dikaitkan, Yassir menjelaskan bahwa keduanya merupakan kondisi yang tidak sama.
“Tapi perlu diingat kalau ganjet tidak selalu equal vaginismus,” kata Yassin.
Perbedaan gancet dan vaginismus
Terdapat berbagai hal yang dapat melatarbelakangi vaginismus, seperti faktor psikologis, keterbatasan fisik, dan lain-lain. Hal inilah yang menyebabkan rasa sakit saat penderita ingin berhubungan seks.
Penderita vaginismus akan sulit menerima penetrasi sejak awal.
Sementara itu, penis captivus merupakan kondisi ketika penis bisa melakukan penetrasi, tapi vagina mengalami kaku kejang involunter yang menyerupai vaginismus.
Meskipun masih anekdot medis, Yassin mengatakan bahwapenis captivus memang ada kemungkinan untuk terjadi.
Ketika kondisi ini terjadi, relaksasi menjadi hal yang cukup penting. Oleh karena itu, pasangan yang mengalaminya tidak perlu khawatir.
“Kalaupun terjadi, tidak perlu panik, cemas, atau khawatir. Biarkan tubuh baik suami atau istri rileks bertahap. Nanti saat rileks akan lepas dengan mudah,” tuturnya.
Yassin menjelaskan bahwa vaginismus erat dengan faktor psikologis. Wanita mungkin mengalami kecemasan mendadak yang mengakibatkan otot vaginanya kaku.
Itulah sebabnya wanita disarankan untuk rileks jika kondisi itu terjadi.
Segera konsultasi ke dokter
Jika kerap mengalami kesakitan atau kesulitan untuk melakukan penetrasi, Yassin menyarankan agar segera konsultasi ke dokter kandungan.
Saat kunjungan, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terhadap genitalia eksternal. Dokter akan memastikan jika ada kekakuan di otot dinding vagina.
“Terkadang baru disentuh sudah kesakitan, enggak sadar dan involunter,” kata Yassin.
Jika terkonfirmasi mengalami vaginismus, hal yang dilakukan selanjutnya adalah merencanakan penanganan yang tepat.
Terdapat berbagai macam terapi untuk menangani vaginismus, seperti psikoterapi dan terapi botoks yang dapat mengurangi kekejangan otot vagina.
Selain itu, pendidikan seks merupakan hal yang cukup penting. Dengan pendidikan seks, pasien diharapkan dapat mengubah paradigma tentang hubungan seks.
“Nanti belajar lagi soal anatomi, belajar soal proses berhubungan seksual,” jelas Yassin.
“Beharap dengan adanya penerimaan info, berubahlah paradigma pasien agar tidak kembali tegang saat berhubungan seks,” pungkasnya.
https://health.kompas.com/read/2021/09/16/220000568/fenomena-gancet-saat-berhubungan-seksual-bagaimana-fakta-medisnya-