Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Efek Sering Marah Bagi Kesehatan Tubuh, Apa Sajakah Itu?

KOMPAS.com - Marah adalah emosi alamiah yang dimiliki setiap orang, tetapi jika dibiarkan akan berefek buruk bagi kesehatan.

Kemarahan yang diumbar tidak hanya dapat memicu pertengkaran, kekerasan, dan adu serang dengan lawan, tetapi juga dapat menyederai kesehatan di dalam tubuh tanpa disadari.

Mengutip Better Health, marah, takut, gembira, dan cemas, merupakan emosi manusia yang memicu respons "fight or flight".

Mengutip jurnal Universitas Indonesia, respons "fight or flight" adalah reaksi stres di dalam tubuh yang mencakup meningkatnya:

Arti dari "fight or flight" adalah saat berhadapan dengan suatu ancaman, tubuh mempersiapkan dirinya untuk "apakah akan tetap berada di tempat dan menghadapi ancaman tersebut" yang diistilahkan "fight" atau "akankah kabur/lari menjauhi ancaman tersebut" yang diistilahkan "flight".

Mengutip Better Health, yang terjadi dalam sistem tubuh Anda ketika marah adalah kelenjar adrenal akan mensuplai hormon stres, yaitu adrenalin dan kortisol.

Kemudian, otak mengalihkan darah dari usus ke otot, sebagai persiapan untuk aktivitas fisik.

Denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, suhu tubuh akan meningkat, sementara kulit berkeringat. Lalu, pikiran menjadi tajam dan fokus.

Jika tubuh dipenuhi bahan kimia stres diikuti terjadinya perubahan metabolisme karena sering marah, itu dapat menyebabkan kerusakan pada banyak sistem tubuh yang berbeda.

Beberapa masalah kesehatan tubuh jangka pendek dan jangka panjang yang dapat terjadi karena sering marah tak terkendali, meliputi:

1. Serangan jantung

Mengutip Everyday Health, efek sering marah ada pada kesehatan jantung, misalnya serangan jantung.

"Dalam dua jam setelah marah, kemungkinan seseorang terkena serangan jantung berlipat ganda," kata Chris Aiken, instruktur psikiatri klinis di Fakultas Kedokteran Wake Forest University.

"Kemarahan yang ditekan, di mana Anda mengekspresikannya secara tidak langsung atau berusaha keras untuk mengendalikannya, dikaitkan dengan penyakit jantung," terang Dr. Aiken.

Faktanya, satu penelitian menemukan bahwa orang-orang yang memiliki sifat mudah marah merupakan ciri kepribadian berisiko dua kali lipat terkena penyakit koroner dari pada rekan-rekan mereka yang tidak sering marah.

Sehingga, penting mengatasi perasaan Anda sebelum hilang kendali dan meledakkan kemarahan.

"Kemarahan konstruktif tidak terkait dengan penyakit jantung," ujar Dr. Aiken.

Kemarahan konstruktif adalah kondisi di mana Anda dapat mengatasi emosi kesal dengan berbicara baik-baik secara langsung ke pihak lawan dan mengatasi frustasi dengan cara pemecahan masalah.

2. Stroke

Mengutip Everyday Health, stroke adalah efek sering marah yang berbahaya dan harus dihindari.

Satu studi menemukan ada risiko 3 kali lebih tinggi mengalami stroke selama 2 jam setelah ledakan amarah.

Stroke terjadi karena bekuan darah ke otak atau pendarahan di dalam otak yang terjadi saat marah.

Untuk orang dengan aneurisma di salah satu arteri otak, ada risiko 6 kali lebih tinggi untuk terjadi pecahnya aneurisma setelah ledakan amarah.

Aneurisma otak adalah tonjolan berbentuk balon yang terbentuk di pembuluh darah otak.

Aneurisma otak yang bocor atau pecah bisa menyebabkan pendarahan ke otak atau disebut stroke hemoragik.

3. Melemahkan sistem kekebalan

Mengutip Everyday Health, orang yang sering marah cenderung lebih mudah sakit.

Dalam sebuah penelitian, para ilmuwan Universitas Harvard menemukan bahwa orang sehat yang sekadar mengingat pengalaman marah dari masa lalu menyebabkan mereka mengalami penurunan antibodi imunoglobulin A selama 6 jam.

Antibodi imunoglobulin A adalah garis pertahanan pertama sel melawan infeksi.

“Komunikasi yang tegas, pemecahan masalah yang efektif, menggunakan humor, atau menyusun ulang pikiran Anda untuk melepaskan diri dari pemikiran hitam, itu semua cara yang baik untuk mengatasinya,” kata Mary Fristad, profesor psikiatri dan psikologi di Ohio State University.

"Tapi, Anda harus mulai dengan menenangkan diri," imbuh Fristad.

4. Meningkatkan kecemasan

Mengutip Everyday Health, kecemasan dan amarah dapat berjalan searah. Sehingga, efek sering marah akan meningkatkan kecemasan.

Hal itu ditemukan dalam sebuah studi 2012 yang diterbitkan dalam jurnal Cognitive Behavior Therapy.

Para peneliti menemukan bahwa kemarahan dapat memperburuk gejala gangguan kecemasan umum (Generalized anxiety disorder/GAD).

GAD adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kekhawatiran berlebihan dan tak terkendali yang mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang.

Tidak hanya kemarahan, kebencian juga dapat berkontribusi memperparah gejala GAD.

5. Memicu depresi

Mengutip Everyday Health, orang yang sering marah cenderung lebih depresi.

Hal itu telah ditemukan dalam sejumlah penelitian, terutama terhadap pria.

"Dalam masalah depresi, kemarahan pasif adalah hal biasa yang terkkait," kata Dr. Aiken.

Kemarahan pasif adalah kondisi di mana Anda marah, tetapi hanya fokus merenungkan masalah tanpa pernah mengambil tindakan penyelesaian.

Sehingga, saran pertama untuk Anda yang sering marah dan memiliki depresi adalah menyibukkan diri dan berhenti berpikir terlalu banyak tentang masalah tanpa solusi.

"Setiap aktivitas yang sepenuhnya mengalihkan fokus Anda adalah obat yang baik untuk marah, seperti golf, menjahit, bersepeda," ujarnya.

6. Masalah pernapasan

Mengutip Everyday Health, kondisi paru-paru yang tidak sehat dapat terjadi meski Anda bukan seorang perokok.

Efek sering marah dan suka memupuk kebencian dapat membuat Anda berisiko memiliki paru-paru yang tidak sehat.

Sekelompok ilmuwan Universitas Harvard mempelajari 670 pria selama 8 tahun dengan menggunakan metode penilaian skala kebencian untuk mengukur tingkat kemarahan dan menilai setiap perubahan dalam fungsi paru-paru mereka.

Pria dengan peringkat kebencian tertinggi memiliki kapasitas paru-paru yang jauh lebih buruk, yang meningkatkan risiko masalah pernapasan.

Para peneliti berteori bahwa peningkatan hormon stres, yang berhubungan dengan perasaan marah, menciptakan peradangan di saluran udara.

7. Memperpendek usia hidup

Mengutip Everyday Health, orang yang hidup damai bahagia cenderung berusia panjang. Jika sering marah bisa sebaliknya.

“Stres sangat erat kaitannya dengan kesehatan umum. Jika Anda stres dan marah, itu akan memperpendek umur Anda,” kata Fristad.

Ini adalah perkiraan dari temuan penelitian tentang hubungan usia hidup dengan risiko penyakit yang ada akibat kebiasaan sering marah. Bukan menjadi patokan pasti usia setiap orang.

Sebuah penelitian di University of Michigan yang dilakukan selama 17 tahun menemukan bahwa pasangan yang memiliki kemarahan pasif memiliki rentang hidup yang lebih pendek dari pada mereka yang biasa membicarakan masalah dengan solusi.

Jika Anda bukan orang yang nyaman menunjukkan emosi negatif, disarankan berkonsultasi kepada terapis atau berlatih sendiri agar lebih ekspresif.

“Belajar mengekspresikan kemarahan dengan cara yang tepat sebenarnya adalah mengatasi kemarahan yang sehat,” kata Fristad.

“Jika seseorang melanggar hak Anda, Anda harus memberi tahu mereka. Langsung beri tahu orang-orang apa yang membuat Anda marah, dan apa yang Anda butuhkan,” sarannya untuk mecegah efek sering marah yang berkelanjutan.

https://health.kompas.com/read/2022/06/13/120000268/7-efek-sering-marah-bagi-kesehatan-tubuh-apa-sajakah-itu

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke