Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketua Yayasan Kanker Indonesia Jelaskan Terapi Terbaru untuk Kanker

KOMPAS.com - Kanker paru, kanker payudara, serta kanker serviks merupakan penyumbang terbesar kasus kematian karena penyakit kanker.

Hal ini dijelaskan dalam webinar berjudul "Imunoterapi Memberi Harapan Baru Bagi Pasien Kanker" yang diselenggarakan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bersama MSD Indonesia.

Dalam webinar tersebut, Ketua YKI, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, menjelaskan bahwa kasus baru dan kematian akibat kanker paru, kanker payudara dan kanker serviks harus ditindak dengan benar.

Salah satu caranya yaitu dengan edukasi ke masyarakat mengenai penyakit kanker tersebut, beserta pencegahan dan opsi perawatannya.

Imunoterapi terobosan baru bagi pasien kanker

Lebih lanjut Aru menjelaskan, dunia medis memiliki terobosan baru untuk meningkatkan harapan hidup para penyintas kanker yaitu terapi pengobatan imunoterapi.

Imunoterapi merupakan salah satu modalitas terapi kanker selain pembedahan, radioterapi, terapi hormonal, terapi target dan kemoterapi.

Ini merupakan bentuk inovasi pengobatan kanker terbaru yang dapat meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh individu untuk mengenali, menyerang, dan menghancurkan sel kanker.

"Kombinasi imunoterapi dengan kemoterapi sebagai pengobatan lini pertama bagi pasien TNBC (sel kanker payudara dengan tingkat agresivitas tinggi) dengan tumor yang memiliki nilai ekspresi PD-L1 tertentu dapat mengurangi resiko kematian hingga 27 persen dibandingkan dengan pemberian kemoterapi saja,” ujar Aru.

Imunoterapi beri harapan baru bagi penyintas kanker

Pasien kanker paru stadium lanjut dan memiliki ekspresi PD-L1 dengan nilai tertentu, yang diterapi dengan imunoterapi memiliki angka harapan hidup 5-tahun hingga 31,9 persen.

Artinya, imunoterapi memberikan angka harapan hidup 5 tahun sebesar empat kali lebih tinggi dibandingkan standar pengobatan kemoterapi dan menurunkan angka resiko terjadinya efek samping berat hingga 22 persen.

Mengenai kanker payudara subtipe triple negative (TNBC), Aru Sudoyo menyampaikan bahwa dengan perkembangan inovasi pengobatan, mulai tahun 2022 imunoterapi telah disetujui oleh Badan POM untuk terapi TNBC stadium lanjut.

Data uji klinis menunjukan bahwa satu dari dua pasien kanker TNBC mendapatkan manfaat dari terapi kombinasi imunoterapi dan kemoterapi.

Prosedur sebelum imunoterapi

Sebelum melakukan terapi ini, ada tes yang perlu dilakukan oleh penderita kanker paru, kanker payudara, dan kanker serviks, salah satunya yaitu Programmed Death-ligand 1 (PD-L1).

PD-L1 adalah protein transmembran yang berperan penting dalam menekan dukungan adaptif dari sistem kekebalan selama peristiwa atau kondisi tertentu.

Tes dengan PD-L1 imunohistokimia pada pasien akan menunjukkan tingkat ekspresi PD-L1 pada jaringan tumor. Semakin tinggi ekspresi PD-L1, respon akan semakin baik terhadap imunoterapi.

Imunoterapi sudah tersedia di Indonesia

Mulai tahun 2022 di Indonesia, imunoterapi bagi pengobatan kanker serviks telah tersedia, khususnya bagi pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks stadium lanjut.

Menurut Prof. Aru Sudoyo, imunoterapi telah tersedia di rumah sakit yang melayani pengobatan kanker.

Namun, tidak semua jenis kanker paru, kanker payudara maupun kanker serviks dapat diterapi dengan imunoterapi.

Pasien perlu berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan terbaik sesuai kondisi masing-masing pasien.

https://health.kompas.com/read/2022/06/24/160000468/ketua-yayasan-kanker-indonesia-jelaskan-terapi-terbaru-untuk-kanker

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke