Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Silet Tangan, Gara-gara Obat Mahal

Kompas.com - 21/02/2008, 06:50 WIB

WALAUPUN sudah berobat sekian kali, penyakit diabetes Lie Soe Wan tidak kunjung sembuh. Malahan sejak dua bulan terakhir, di pergelangan kaki kanan Lie Soe Wan tumbuh luka yang berlubang hingga membusuk. Luka tersebut kerap mengeluarkan darah.

Sebenarnya Lie Soe Wan sudah menempuh pengobatan. Setiap seminggu sekali ia berobat di salah satu dokter yang membuka praktek di kawasan Mulyosari. Sekali berobat, keluarga Lie Soe Wan harus mengeluarkan uang sebesar Rp 4,5 juta.

Salah satu kerabat Lie Soe Wan mengatakan, besarnya biaya pengobatan ini membuat Lie Soe Wan sering berpikir ulang saat akan berobat. Sebab ekonomi keluarganya juga bermasalah belakangan ini. Yuliana, anak pertama Lie Soe Wan menuturkan, dirinya pernah bilang ke ayahnya bahwa dirinyalah yang akan menanggung semua biaya pengobatan. Rencananya, untuk menyembuhkan lukanya yang sudah dua bulan membusuk, Lie Soe Wan dibawa ke dokter, Rabu (20/2) kemarin.

Lie Soe Wan terakhir berobat seminggu lalu. Oleh dokter untuk mempercepat kesembuhan penyakitnya itu, ia diminta berobat seminggu sekali. “Saya sudah bilang ke papa, kalau saya yang akan menanggung semua biaya pengobatan. Dia memang pernah berpikir kasihan kepada saya karena biaya pengobatan sangat tinggi. Tapi saya bilang sanggup membiayainya” ujar Yuliana dengan isak tangis saat ditemui Surya, Rabu (20/2).

Setiap kali berobat, dokter memberikan cairan insulin. Dari pesan terakhir Lie Soe Wan itu, diduga Lie Soe Wan sudah tidak tahan lagi menderita diabetes. Lie Soe Wan akhirnya menutup hidupnya dengan menyilet pergelangan tangan kirinya. Terlihat di pergelangan tangan sobekan sepanjang 7 cm dan dalamnya sekitar 2 cm. Diduga, Lie Soe Wan bunuh diri dengan cara menyobek pergelangan tangannya saat semua anggota keluarganya tidak ada di rumah.

Istrinya, Ifon dan kakaknya, Linda, 55 masih di toko kue di Jl Ngagel Jaya. Anak pertamanya, Yuliana, 22 sedang bekerja di kompleks perkantoran di kawasan Kusuma Bangsa. Sedangkan, Yuwono, 15, anak kedua sedang sekolah. “Tiap pagi, antara pukul 7.00 hingga jam 12.00 WIB rumah ini sepi. Yang ada hanya Lie Soe Wan seorang diri. Saya dan Ifon pulang dari toko jam 12.00 WIB,” ujar Linda.

Ketika baru pulang ke rumah bersama Linda, Ifon melihat suaminya bersandar di meja seterika. Ifon menemukan suaminya bersimbah darah dan tertunduk. Di sebelah kiri Lie Soe Wan terdapat baskom plastik penuh dengan darah beku. Baskom tersebut digunakan wadah darah. Melihat suaminya seperti itu, Ifon dan Linda berteriak histeris. Ifon sempat berpikir kalau suaminya belum tewas. Ia berencana membawa suaminya ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSU Dr Soetomo. Namun, harapan itu kandas setelah nadi Lie Soe Wan putus dan tidak terlihat detak napas di dadanya.

Lie Soe Wan pun langsung dibawa ke kamar jenazah RSU Dr Soetomo untuk divisum. Kapolsekta Gubeng AKP Hartoyo menuturkan kejadian itu murni bunuh diri. Keluarga korban menolak dilakukan otopsi terhadap jasad suaminya. Inginnya, jasad tersebut segera dibawa pulang. Rencananya, jenazah Lie Soe Wan akan dimakamkan di Kepanjen, Kabupaten Malang.

Author: k6

Source: Surya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau