Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Perlu Konsultasi Seks?

Kompas.com - 05/07/2008, 12:44 WIB

TAK usah malu jika memang merasa memerlukannya. Termasuk jika ingin belajar menerangkan masalah seks pada anak.

BOLEH jadi selama ini belum banyak orang yang peduli akan pentingnya konsultasi seks. Bahkan tak sedikit yang justru merasa malu saat harus benar-benar berkonsultasi. Maklum, takut dicap macam-macam, semisal tak perkasa yang bisa menurunkan harga dirinya sebagai laki-laki sejati. "Padahal, manfaat yang dituju dari konsultasi seks itu sendiri, kan, tak lain adalah hidup berkeluarga yang bahagia, di mana seks merupakan salah satu unsurnya," ujar Dr. Ferryal Loetan, ASCT&T, Sp.RM, MMR, Kepala Instalasi Rehab Medik RS Persahabatan, Jakarta.

Untuk konsultasi seks, lanjut Ferryal, "Sebetulnya bisa dilakukan kapan saja, kendati umumnya dilakukan kala ada masalah." Padahal, selagi tak bermasalah pun boleh-boleh saja dilakukan. Semisal mempertanyakan apakah aktivitas seksual yang selama ini dilakukannya sudah baik atau belum. Bisa juga bertanya mengenai pendidikan seks buat anaknya.

Dengan demikian, tambahnya, jika memang ada sesuatu yang dirasa mengganggu kehidupan seks suami-istri, "Tak usah malu datang ke konsultan seks. Soalnya, kalau didiamkan atau ditunda-tunda hanya karena rasa malu, bisa-bisa yang semula ringan malah jadi penyakit. Padahal, kalau sejak dini ditangani dan tidak menunggu parah, pasti akan lebih mudah dan cepat proses penyembuhannya."

Berapa kali konsultasi seks yang diperlukan, amat tergantung pada kasus. Kalau ringan, sekali saja mungkin sudah bisa terselesaikan masalahnya. Bila berat, tentu perlu berulang kali. Terlebih jika masalahnya tak cuma fisik, tapi juga berkaitan dengan faktor psikis. Biasanya perlu waktu penanganan yang lebih lama sehingga kesabaran dari yang bersangkutan memang sangat diharapkan.

Waktu yang pas
Menurut Ferryal ada waktu-waktu tertentu yang pas untuk berkonsultasi, yakni:

1. Sebelum Menikah. Begitu memasuki perkawinan, tak sedikit pasangan yang belum mengerti atau bahkan buta sama sekali mengenai hal-hal seputar kehidupan seksual. Contohnya, sebut Ferryal, tak bisa membedakan lubang vagina dan lubang kencing.

Idealnya, pengetahuan seks sudah diperoleh anak dari keluarga atau sekolah sejak ia remaja atau dewasa muda agar tak salah kaprah. Itu sebabnya sebelum memasuki perkawinan, calon pengantin diberi kesempatan mendapat konsultasi atau bimbingan perkawinan secara umum oleh KUA. Nah, tak ada salahnya berkonsultasi juga ke ahlinya agar merasa lebih siap.

2. Setelah menikah, yang paling mungkin dan sering menjadi penyebab perceraian adalah masalah keperawanan. Kalau tak berdarah di malam pertama, diangap tak perawan. Padahal, bisa saja istri tak berdarah atau merasa sakit. Ada banyak faktor penyebabnya. Antara lain, bentuk atau elastisitas selaput daranya.

3. Ada Gangguan/Kelainan Organ Kelamin Wanita. Yang ini pun termasuk paling sering mendorong suami-istri berkonsultasi. Misalnya, susah penetrasi meski sudah sekian bulan menikah.Bila ada masalah seperti itu, lebih baik konsultasikan secepat mungkin untuk

diatasi. Mungkin saja vagina istri tertutup, selaput daranya keras dan tebal, atau karena frigiditas yang lebih disebabkan faktor psikis. Bisa juga karena takut sehingga otot vagina kaku atau tertutup rapat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com