DALAM waktu 1 dekade keberadaannya, fenomena bedah Lasik cukup menarik perhatian di berbagai negara dunia, salah satunya Singapura, yang jumlah penderita rabunnya cukup tinggi. Tak heran bila di negeri ini ada banyak permintaan operasi LASIK.
Meski informasi dan iklan perihal LASIK sudah banyak beredar beredar, masih ada masyarakat bahkan dokter mata yang belum mengetahui benar tentang LASIK. Banyak kesalahapahaman, mitos dan keraguan yang muncul. Kebingungan yang biasanya muncul seputar keuntungan LASIK dan proses bedah refraktif itu sendiri.
Apakah yang dimaksud dengan LASIK laser, tanpa pisau?
Tipe bedah LASIK seperti ini menggunakan jenis laser femtosecond untuk membuka kornea. Dengan menggunakan mikro keratom mekanikal, komplikasi yang terjadi saat pembukaan kornea sangat kecil. Bukaan kornea yang terlalu kecil dan tidak beraturan akan menyulitkan proses tahap kedua LASIK untuk dilaksanakan.
Maka hadirlah, teknik terbaru menggunakan laser femtosecond. Kecil, dengan detak infra red yang pendek sehingga memungkinkan keakuratan di dalam kornea. Dengan hadirnya laser berjenis unik ini, bukaan pada kornea menjadi semakin mulus dna tidak berbekas pada saat sembuh nanti. Semakin baiknya pembuatan bukaan ini, maka semakin baik pula pandangan mata yang dihasilkan.
Bisakah usia di atas 40 tahun melakukan LASIK?
Mereka yang memiliki mata rabun pada usia 40an dan perlu menggunakan kacamata untuk membaca, bisa jadi akan diminta untuk tetap menggunakan kacamata setelah operasi LASIK. Meskipun hingga kini belum ada metode yang tidak mengharuskan pasien usia 40an menggunakan kacamata lagi, kondisi ini bisa dikurangi dengan serangkaian prosedur LASIK lainnya yang dikenal dengan "slight monovision".
Prosedur ini, yang sama persis dengan prosedur LASIK untuk memperbaiki pandangan jauh, dilakukan pada mata dominan agar dapat melihat jauh, sementara mata yang tidak dominan, akan tetap perlu menggunakan kacamata baca. Hal ini memberikan efek yang sama ketika pasien menggunakan bifocal.
Sebagian besar pasien memilih prosedur ini karena dapat membantu pandangan jauh mereka, namun sebagin lainnya merasa sulit membiasakan diri dengan kondisi sepasang mata yang berbada-beda. Hal ini bisa dilakukan beberapa hari setelah operasi di mana pasien dapat menggunakan lensa kontak pada mata yang tidak dominan.
Perlu diketahui, selama 20 tahun, Singapore National Eye Center (SNEC) telah menangani berbagai masalah kesehatan mata baik untuk pasien dari Singapura ataupun pasien dari negara lain. Mulai dari katarak hingga penyakit kornea dan retina lainnya yang dapat membutakan. Hal ini telah menjadikan SNEC sebagai rumahsakit mata yang berkembang pesat dengan standar kelas dunia. Kini SNEC menangani 250.000 pasien rawat jalan, termasuk 16.000 pasien asing dan melakukan 14.000 bedah besar pada mata dan 13.000 bedah laser setiap tahunnya.
Dr Chua Wei Han, M Med (Ophth), FRCSEd (Ophth), FAMS
Consultant Ophthalmologist, Refractive Surgery Service
Singapore National Eye Centre